Tuesday, July 17, 2018

ISTIGHFAR - TAUBAT



Istighfar secara harfiah berarti meminta maghfirah (ampunan). Kata maghfirah’ dalam bahasa Arab memiliki akar kata yang sama dengan ‘mighfar’, yaitu alat pelindung/penutup kepala pada waktu perang. Ada unsur kesamaan di antara keduanya: yaitu sama-sama ‘menutupi’ sesuatu sehingga tidak terlihat.
Seseorang yang beristighar, mengharapkan agar Allah Subhaanahu Wa Ta’ala mengampuni dosa-dosanya dan menutupi kesalahannya, tak terlihat oleh siapapun, tak berbekas, seakan-akan ia tidak pernah berbuat dosa.
Istighfar sering digandengkan dengan kata taubat. Apa perbedaan antara istighfar dengan taubat? Istighfar dengan taubat adalah dua rangkai kata yang ‘jika dipisah bersatu’ dan ‘jika disatukan terpisah’.
Jika dipisah bersatu
Maksudnya, jika suatu kalimat hanya mengandung kata istighfar saja, tidak mengandung kata taubat, maka kata istighfar juga bermakna taubat sekaligus.
Contoh: dalam surat Nuh ayat 10, Nabi Nuh menyatakan: “Maka aku berkata : Beristighfarlah kepada Rabb kalian…”
Dalam ayat tersebut Nabi Nuh menyuruh kaumnya untuk beristighfar kepada Allah Subhaanahu Wa Ta’ala, dan dalam makna istighfar itu juga terkandung perintah bertaubat.
Jika disatukan terpisah
Jika dalam sebuah kalimat terdapat kata istighfar dan taubat bersamaan, maka masing-masing memiliki makna tersendiri.
Contoh : kalimat dzikir yang sering dibaca Nabi
أَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ
Aku beristighfar kepada Allah dan bertaubat kepadaNya.
Aku beristighfar kepada Allah” maksudnya: Ya Allah, ampunilah dan tutupilah dosaku yang telah lalu. “Aku bertaubat kepada Allah” maksudnya adalah : Ya Allah, aku memohon kepadaMu agar Engkau memberikan taufiq kepadaku supaya aku tidak terjerumus lagi dengan kesalahan-kesalahan yang pernah aku perbuat di masa mendatang.
Kadangkala ucapan istighfar juga digandengkan dengan permohonan rahmat. Seperti dalam dzikir:
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي
Ya Allah, ampunilah aku dan rahmatilah (kasihanilah) aku.
Artinya: Ya Allah ampunilah aku dari dosa-dosaku yang telah lalu dan kasihanilah aku; beri rahmat aku agar tidak melakukan kesalahan yang sama di masa mendatang

SAYYIDUL ISTIGHFAR
Ada sebuah dzikir yang disebut Nabi sebagai ‘Sayyidul Istighfar’ (Pemuka Istighfar). Keistimewaannya luar biasa; Barangsiapa yang membacanya di waktu pagi dengan penuh keyakinan, kemudian meninggal sebelum datangnya waktu malam, maka dia masuk ke dalam surga. Barangsiapa yang membacanya di waktu malam dengan penuh keyakinan dan meninggal sebelum datangnya pagi, maka ia masuk ke dalam surga (HR. Bukhari 7/150.).
Bacaan Sayyidul Istighfar itu adalah sebagai berikut:
اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوْءُ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ

“Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Engkaulah yang menciptakan aku. Aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada perjanjianku dengan-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang aku perbuat. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku, oleh karena itu, ampunilah dosaku. Sesungguhnya tiada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau”
Sayyidul Istighfar tidak cukup hanya dibaca. Harus diiringi dengan keyakinan yang kuat. Beberapa makna yang terkandung dalam Sayyidul Istighfar:
1.      Ikrar Tauhid : Ya Allah Engkaulah Tuhanku, tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Engkau.
2.      Pengakuan :
a.       Sebagai hamba Allah Subhaanahu Wa Ta’ala
b.      Berlimpahnya nikmat yang Allah Subhaanahu Wa Ta’ala berikan kepada kita
c.       Banyaknya dosa yang kita lakukan
d.      Tidak ada yang bisa mengampuni dosa kecuali Allah Subhaanahu Wa Ta’ala
3.      Berlindung kepada Allah Subhaanahu Wa Ta’ala dari keburukan perbuatan kita
4.      Berupaya untuk selalu menjalankan ketaatan kepada Allah Subhaanahu Wa Ta’ala : aku akan berusaha memenuhi perjanjian denganmu semaksimal mungkin sesuai kemampuanku. Perjanjian dengan Allah Subhaanahu Wa Ta’ala itu adalah menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Itulah taqwa yang sebenarnya.
5.      Poin-poin di atas adalah tawassul (kalimat-kalimat pengantar untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah Subhaanahu Wa Ta’ala), sedangkan inti permintaannya adalah: maka ampunilah aku (Ya Allah).
Wallahu a'lam 

Berikut Kajian Audio ===> Klik ===> "Sayyidul Istighfar" <===

No comments:

Post a Comment