Tuesday, October 8, 2019

Akhlak Mahmudah

Bilmillah Walhamdulillah

Dari Abu Hurairah rodhiallohu ‘anhu dia berkata: Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap ruas tulang manusia harus disedekahi setiap hari selagi matahari masih terbit. Mendamaikan dua orang (yang berselisih) adalah sedekah, menolong orang hingga ia dapat naik kendaraan atau mengangkatkan barang bawaan ke atas kendaraannya merupakan sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, setiap langkah kaki yang engkau ayunkan menuju ke masjid adalah sedekah dan menyingkirkan aral (rintangan, ranting, paku, kayu, atau sesuatu yang mengganggu) dari jalan juga merupakan sedekah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

MENSYUKURI NIKMAT
Bershodaqoh adalah wujud dari mensyukuri nikmat. Seluruh anggota badan harus menunaikan syukur.
Mensyukuri nikmat ada dua macam, wajib dan sunnah. Syukur yang wajib yaitu setiap hari menggunakan seluruh anggota badan untuk menunaikan kewajiban, dan tidak digunakan untuk yang haram. Syukur yang sunnah yaitu melaksanakan hal-hal yang sunnah setelah yang wajib. Syukur yang sunnah bisa diwakili hanya dengan mengerjakan sholat dhuha dua rakaat.

Dari Ibnu Abbas rodhiallohu ‘anhu dari Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda menyampaikan apa yang diterimanya dari Tuhannya Alloh ‘azza wa jalla. Dia berfirman, “Sesungguhnya Alloh mencatat semua amal kebaikan dan keburukan”. Kemudian Dia menjelaskan. “Maka barang siapa telah berniat untuk berbuat suatu kebaikan, tetapi tidak melakukannya, maka Alloh mencatatnya sebagai satu amal kebaikan. Jika ia berniat baik lalu ia melakukannya, maka Alloh mencatatnya berupa sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus kali lipat, bahkan masih dilipatgandakan lagi. Dan barang siapa berniat amal keburukan namun tidak melakukannya, Alloh akan mencatatnya sebagai amal kebaikan yang utuh, dan bila ia berniat dan melakukannya, maka Alloh mencatatnya sebagai satu amal keburukan.” (HR. Bukhori dan Muslim dalam kedua kitab Shahih-nya dengan redaksi tersebut)

Bertekad Kuat dan Hukumnya
Seseorang yang bertekad kuat untuk mengamalkan sesuatu, tidak akan terlepas dari enam keadaan berikut ini:
1.  Bertekad dalam kebaikan dan mengamalkannya. Baginya pahala sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat bahkan sampai tak berhingga.
2.   Bertekad dalam kebaikan dan batal mengamalkannya. Baginya pahala satu kebaikan.
3.   Bertekad dalam kejelekan dan mengamalkannya. Baginya dosa satu kejelekan.
4.   Bertekad dalam kejelekan dan gagal mengamalkannya karena terhalang sesuatu. Baginya dosa satu kejelekan.
5.   Bertekad dalam kejelekan dan membatalkannya karena Alloh. Baginya pahala satu kebaikan.
6.   Bertekad dalam kejelekan dan batal mengamalkannya karena hilang selera, misalnya. Baginya tidak pahala dan tidak juga dosa.

Dari Nawas bin Sam’an rodhiallohu ‘anhu bahwa Nabi sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kebajikan itu adalah budi pekerti yang baik, dan dosa itu adalah segala sesuatu yang menggelisahkan perasaanmu dan yang engkau tidak suka bila dilihat orang lain.” (HR. Muslim)
Dan dari Wabishah bin Ma’bad rodhiallohu ‘anhu dia berkata: Aku datang kepada Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Apakah engkau datang untuk bertanya tentang kebajikan?” Aku berkata,” Ya.” Beliau bersabda, “Bertanyalah kepada hatimu. Kebajikan adalah apa yang menjadikan tenang jiwa dan hati, sedangkan dosa adalah apa yang menggelisahkan jiwa dan menimbulkan keraguan dalam hati, meskipun orang-orang terus membenarkanmu.” (Hadits hasan yang kami riwayatkan dari Musnad Imam Ahmad bin Hambal dan Musnad Imam Ad-Darimi dengan sanad hasan)

AL-BIRR ADALAH HUSNUL KHULUQ
Al-Birr ada dua macam yaitu Al-Birr terkait dengan Alloh, dan Al-Birr terkait dengan sesama. Al-Birr terkait dengan Alloh adalah beriman kepada-Nya, melaksanakan perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya. Al-Birr terkait dengan sesama adalah husnul khuluq yaitu banyak berderma dan tidak mengganggu kepada sesama.

DOSA
Dosa adalah sesuatu yang membuat bimbang di hati dan tidak suka jika diketahui orang lain. Kebimbangan yang ada dalam hati ada tiga keadaan yaitu:
1.   Ragu untuk mengerjakan sesuatu yang sudah jelas dalilnya, maka tercela.
2.  Ragu yang disebabkan karena perbedaan ulama, tetapi salah satunya sudah jelas. Jika ragu untuk mengerjakan yang sudah jelas tersebut maka tercela.
Ragu yang disebabkan karena perbedaan ulama, dan sulit untuk menentukan yang lebih benar. Jika meninggalkan amal yang disebabkan karena ragu seperti ini, maka tidak tercela.

Dari Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdirrahman Mu’adz bin Jabal rodhiallohu ‘anhu, bahwa Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Bertakwalah kamu kepada Alloh di mana pun kamu berada, iringilah kesalahanmu dengan kebaikan niscaya ia dapat menghapuskannya dan pergaulilah semua manusia dengan budi pekerti yang baik.” (HR Tirmidzi. Ia berkata, “Hadits ini hasan. Dalam naskah lainnya dikatakan, hadits ini hasan shohih)

TAKWALLOH
Makna takwalloh (bertakwa kepada Allah Ta'ala) adalah membuat perisai antara dirinya dengan azab dan murka Allah, baik di dunia ataupun di akhirat. Dan perisai yang paling asasi adalah menegakkan tauhidullah.
Perintah untuk bertakwa ditujukan kepada 3 sasaran, yaitu:
1.   Ditujukan kepada seluruh manusia, maka takwa di sini maknanya adalah menunaikan tauhid dan membersihkan dari syirik.
2.  Ditujukan kepada kaum mukminin, maka takwa di sini maknanya adalah melaksanakan ketaatan kepada Allah berdasarkan petunjuk Alloh dan meninggalkan kemaksiatan kepada Allah berdasarkan petunjuk Allah.
3.  Ditujukan kepada seseorang yang sudah bertakwa, maka perintah takwa di sini maknanya adalah perintah untuk melestarikan ketakwaannya.
Ruang lingkup Takwalloh meliputi seluruh tempat dan waktu, artinya di manapun dan kapan pun berada serta dalam kondisi apapun terkena kewajiban takwalloh. Dengan demikian, sifat takwalloh berbeda-beda sesuai dengan tempat, waktu dan keadaannya.

Kebajikan Menghapus Keburukan
Kebajikan adalah sesuatu yang mendatangkan pahala, dan keburukan adalah sesuatu yang mendatangkan dosa atau siksa. Kebajikan yang dapat menghapus keburukan ada 2 tingkatan, yaitu:
1.    Melakukan kebajikan dengan niat untuk menghapus keburukan. Jika melakukan kebajikan dengan niat menghapus keburukan maka sudah terkandung di dalamnya penyesalan dan taubat atas kejelekannya.
2.    Melakukan kebajikan tanpa adanya niat menghapus keburukan. Kebajikan seperti ini secara umum akan menghapuskan kejelekannya sesuai dengan kadarnya masing-masing. Derajat yang ke-2 ini lebih rendah dibanding derajat yang pertama.

HUSNUL KHULUQ
Husnul Khuluq adalah banyak berderma, tidak menyakiti dan berwajah ceria. Inilah tafsir Husnul Khuluq kepada sesama manusia. Seseorang mendapatkan Husnul Khuluq secara thobi’í atau hasil usaha. Seseorang yang melakukan Husnul Khuluq sebagai hasil dari jerih payahnya lebih besar pahalanya dibanding dengan yang melakukan karena sudah tabiatnya. Karena kaidah menyatakan, “Jika sesuatu diwajibkan oleh syariat maka yang lebih mendapatkan kesulitan dalam pelaksanaannya lebih besar pahalanya. Berbeda dengan apabila sesuatu itu disunahkan, maka tidak secara otomatis yang lebih mendapatkan kesulitan lebih besar pahalanya.”

Monday, October 7, 2019

Musuh-Musuh Tersembunyi dan Cara Menghindarinya

Allah ta’ala menjelaskan di dalam Al Qur’an bahwa hamba-Nya yang muslim mempunyai musuh-musuh yang hendak menyeretnya kepada kebinasaan di dunia dan akhirat. Jika ia mematuhi dan mengikutinya.
Maka Allah ta’ala memperingatkan hambanya dari musuh-musuh yang tersembunyi dan menjelaskan jalan menyelamatkan diri darinya. Musuh-musuh tersebut adalah;
Pertama: syaitan yang terkutuk, yang mendorong musuh-musuh yang lain dan menggerakkannya melawan manusia. Dialah musuh bapak kita Adam dan ibu kita Hawa yang telah mengeluarkan keduanya dari surga. Dia merupakan musuh abadi bagi keturunan Adam hingga berakhirnya dunia. Ia bekerja keras untuk menjerumuskan mereka kepada kekafiran hingga Allah mengekalkan mereka ke neraka bersama-sama -kita berlindung kepada Allah ta’ala . Dan siapa yang tak mampu ia jerumuskan kepada kekafiran maka ia berusaha menjerumuskannya pada berbagai kemaksiatan yang mengakibatkan ia mendapat murka dan siksa Allah ta’ala.
Syaitan merupakan ruh yang berjalan dalam tubuh manusia pada aliran darah. Syaitan memasukkan bisikan-bisikan ke dalam dada manusia dan dia buat keburukan tampak indah hingga manusia terjerumus dalam kenistaan jika mentaatinya.
Jalan menyelamatkan diri darinya sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah ta’ala, yaitu: seorang muslim jika sedang marah  atau tergerak untuk melakukan kemaksiatan supaya mengucapkan :
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
 “Saya berlindung kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.”
 Lalu tidak melampiaskan kemarahannya dan tidak melakukan maksiat. Dan sepatutnya ia menyadari bahwa yang mendorong kepada keburukan yang terlintas dalam dirinya adalah syaitan untuk  menjerumuskannya pada kebinasaan, setelah itu syaitan berlepas diri darinya.
Allah ta’ala berfirman :    
 “Sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS.Fathir: 6).
Musuh kedua: Hawa nafsu. Dari hawa nafsu inilah terkadang manusia merasakan keinginan untuk menolak kebenaran dan meninggalkannya jika ada orang yang menjelaskan kepadanya. Demikian pula keinginan untuk menolak hukum Allah ta’ala karena berseberangan dengan keinginannya.
Berangkat dari hawa nafsu inilah perasaan lebih didahulukan daripada kebenaran dan keadilan. Jalan menyelamatkan diri dari musuh ini adalah seorang hamba hendaknya memohon perlindungan kepada Allah ta’ala dari mengikuti hawa nafsu dan jangan memenuhi dorongan hawa nafsunya sehingga tidak sampai ia ikuti. Namun ia mengatakan yang benar dan menerimanya sekalipun itu pahit dan memohon perlindungan kepada Allah dari syaitan.
Musuh ketiga: nafsu yang menyuruh kepada keburukan. Diantara suruhannya berbuat buruk apa yang dirasakan seseorang dalam dirinya, berupa; keinginan untuk melakukan syahwat yang diharamkan seperti zina, minum khamer, berbuka pada bulan ramadhan tanpa alasan yang dibenarkan syariat dan perkara-perkara yang diharamkan oleh Allah selain itu. Jalan menyelamatkan dari musuh ini adalah seorang hamba hendaknya memohon perlindungan kepada Allah ta’ala dari kejahatan dirinya dan dari syaitan, sabar menahan diri untuk tidak mengikuti syahwat yang diharamkan karena mencari ridha Allah sebagaimana ia sabar menahan dirinya dari makan atau minum yang sangat ia sukai namun makanan tersebut membahayakan dirinya sekiranya ia makan atau minum. Ia mengingat-ingat bahwa syahwat yang diharamkan ini cepat lenyap yang akibatnya penyesalan panjang.

Nikmat Keturunan Yang Sholeh

Anak-anak merupakan hiasan kehidupan dunia sebagaimana difirmankan oleh Allah saw. dalam Al Qur’an:
] الماَلُ وَالْبَنُوْنَ زِيْنَةُ الْحَياَةُ الدُّنْياَ [
Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia.(QS. 18: 46)

Mereka merupakan penyejuk hati dan penenang jiwa bagi para orang tua; ayah dan ibu. Oleh karena itu, di antara doa hamba-hamba Allah yang mukhlis adalah
] رَبَّناَ هَبْ لَناَ مِنْ أَزْواَجِناَ وَذُرِّياَّتِناَ قُرَّةَ أَعْيُنٍ [
Ya Tuhan kami, abugrahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami penyenang hati (kami). (QS. 25: 74)


Demi untuk memelihara kesalihan hamba dan kebaikan negeri; untuk mencapai kebaikan bagi mereka di dunia dan akhirat; agar anak-anak menjadi keindahan dan penyejuk pandangan mata yang menyenangkan, memberi keharuman hidup di dunia, menjadi anak-anak saleh yang istiqimah dalam agama, yang berhias dengan akhlak dan budi pekerti, juga berbahagia di dunia dan akhirat; untuk mendapat semua di atas dan segala kebaikan yang menyeluruh, Allah menyuruh kita menjaga keluarga dan memelihara anak serta menumbuhkembangkan mereka di atas nilai kebaikan, petunjuk dan segala yang mengandung ridha Alahh dan RasulNya. Allah menyuruh kita menjaga mereka dari segala yang akan merusak mereka dan menyebabkan Allah dan RasulNya murka. Allah memerintahkan hal itu dengan firmanNya:
] يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا قُوْا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيْكُمْ ناَراً وَقُوْدُهاَ النَّاسُ وَالْحِجاَرَةُ [
Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bagan bakarnya adalah manusia dan batu..  (QS. 66: 6)


Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah saw. bersabda:
"كُلُّكُمْ راَعٍ وكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، فَالرَّجُلُ راَعٍ فِيْ أَهْلِهِ وَمَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهٍ، وَالْمَرْأَةُ راَعِيَةٌ فِيْ بَيْتِ زَوْجِهاَ وَمَسْؤُوْلَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهاَ"
Semua kamu adalah pemimpin dan semua kamu bertanggung jawab atas bawahannya. Seorang laki-laki menjadi pemimpin di ruamahnya dan bertanggung jawab atas anggota keluarganya. Seorang wanita (istri) harus menjaga rumah suaminya dan bertanggung jawab atas segala yang ada di dalamnya.”  Dalam riwayat Imam Muslim dikatakan, “Wanita pemelihara rumah suama dan anak-anaknya. Ia bertanggung jawab atas mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim)


Tarbiyah yang baik yang diperintahkan oleh Allah Ta'ala untuk kita terapkan dalam membina keluarga, menyimpan banyak keberkahan dan manfaat nyata yang kebaikannya kembali kepada anak-anak, keluarga dan semua masyarakat; baik di dunia maupun di akhirat. Pengaruhnya yang baik di dunia untuk kesalehan dan kemaslahatan hamba serta kemakmuran negeri sudah jelas. Sementara kebaikan yang akan didapat di akhirat terletak pada akan terabadikannya kebaikan yang mengalir pada catatan amal orang tua sebagai pendidik. Kebaikan mereka akan terus bertambah dengan hasil tarbiyah tersebut. Dengan melakukan tarbiyah, mereka akan meningkat derajatnya di sisi Allah Ta'ala.

Berdo'alah Kepada Allah ta’ala



عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : قَالَ اللهُ تَعَالَى : يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَاكَانَ مِنْكَ وَلاَ أُبَالِي، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوْبُكَ عَنَانَ السَّماَءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ، يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ اْلأَرْضِ خَطاَياَ ثُمَّ لَقِيْتَنِي لاَ تُشْرِكْ بِي شَيْئاً لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً [رواه الترمذي وقال حديث حسن صحيح ]


  Dari Anas Radhiallahuanhu dia berkata, Saya mendengar Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam  bersabda, Allah ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, sesungguhnya Engkau berdoa kepada-Ku dan memohon kepada-Ku, maka akan aku ampuni engkau, aku tidak peduli (berapapun banyaknya dan besarnya dosamu). Wahai anak Adam seandainya dosa-dosamu (sebanyak) awan di langit kemudian engkau minta ampun kepadaku niscaya akan Aku ampuni engkau. Wahai anak Adam sesungguhnya jika engkau datang kepadaku dengan kesalahan sepenuh bumi kemudian engkau menemuiku dengan tidak menyekutukan Aku sedikitpun maka akan Aku temui engkau dengan sepenuh itu pula ampunan “
(Riwayat At-Tirmidzi dan dia berkata: haditsnya hasan shahih).

HADITS TENTANG NIAT


عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ: إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى. فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ.
[رواه إماما المحدثين أبو عبد الله محمد بن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن بردزبة البخاري وأبو الحسين مسلم بن الحجاج بن مسلم القشيري النيسابوري في صحيحيهما اللذين هما أصح الكتب المصنفة]

Artinya:

Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khattab radhiallahuanhu, dia berkata, "Saya mendengar Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya) karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena menginginkan kehidupan yang layak di dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.

(Riwayat dua imam hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari dan Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaaburi di dalam dua kitab Shahih, yang merupakan kitab yang paling shahih yang pernah dikarang).

Catatan:
1.  Hadits ini merupakan salah satu dari hadits-hadits yang menjadi inti ajaran Islam. Imam Ahmad dan Imam Syafi’i berkata: Dalam hadits tentang niat ini mencakup sepertiga ilmu. Sebabnya adalah bahwa perbuatan hamba terdiri dari perbuatan hati, lisan dan anggota badan, sedangkan niat merupakan salah satu bagian dari ketiga unsur tersebut. Diriwayatkan dari Imam Syafi’i bahwa dia berkata," Hadits ini mencakup tujuh puluh bab dalam fiqh. Sejumlah ulama bahkan ada yang berkata," Hadits ini merupakan sepertiga Islam.
2. Sebab dituturkannya hadits ini, yaitu: ada seseorang yang hijrah dari Mekkah ke Madinah dengan tujuan untuk dapat menikahi seorang wanita yang konon bernama: “Ummu Qais” bukan untuk meraih pahala berhijrah. Maka orang itu kemudian dikenal dengan sebutan “Muhajir Ummi Qais” (Orang yang hijrah karena Ummu Qais). 

Sunday, October 6, 2019

Silsilah Akhlaq dan Adab













Janganlah Berbohong Walaupun kepada Seorang Anak Kecil


Khutbah Jum'at "Dahsyatnya Neraka"


Khutbah Pertama
إِنَّالْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
 يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
 يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
 يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. أَمَّابَعْدُ؛
فَإِنْ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
Hadirin Jamaah Jumat rahimakumullah
Puji syukur selalu kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa ta’ala . Karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya lah kita dapat menunaikan tugas kita sebagai seorang hamba. Dengan rahmat-Nya pula, Kita dapat menghadiri majelis shalat jumat ini. Yang mana, majelis ini telah menjadi kebutuhan bagi kita. Agar ruhiyah kita semakin hidup.
Shalawat dan salam tak lupa kami haturkan kepada junjungan nabi Muhammad . Kepada ahlu baitnya, sahabatnya dan para pengikutnya yang selalu meneladani sunnahnya hingga hari akhir.
Jamaah Jumat rahimakumullah
Iman tentang adanya surga dan neraka adalah satu prinsip dalam akidah Ahlus Sunnah wal Jamaah. Al-Imam Ahmad rahimahullah berkata: “Surga dan neraka adalah dua makhluk Allah Ta’ala yang telah diciptakan, sebagaimana sabda Rasulullah saw: “Aku masuk ke surga, aku pun melihat istana di sana.” “Aku juga melihat al-Kautsar.” “Aku melihat ke surga, ternyata kebanyakan penduduk surga adalah demikian (yakni orang-orang fakir). Aku juga melihat neraka dan ternyata kebanyakan penghuninya adalah demikian (yakni wanita –pent.).”
Barang siapa menganggap keduanya belum ada saat ini, berarti dia telah mendustakan al-Qur’an. Saya menduga, orang tersebut tidaklah mengimani adanya surga dan neraka.” (Lihat Ushulus Sunnah)
Dalil-Dalil Adanya Surga & Neraka
Dalil-dalil masalah ini dalam al-Qur’an dan as-Sunnah sangatlah banyak, di antaranya: Allah Ta’ala berfirman: “Dan bersegeralah kalian kepada ampunan dari Rabb kalian dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (Ali Imran: 133)
Allah Ta’ala juga berfirman tentang neraka: “Jika kalian tidak dapat membuat(nya), dan pasti kalian tidak akan dapat membuat(nya), jagalah diri kalian dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.” (al-Baqarah: 24)
Allah Ta’ala berfirman: “Dan sesungguhnya dia (Nabi Muhammad) telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain. (Yaitu) di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal.” (an-Najm: 13—15)
Adapun dalam sunnah Rasulullah saw, banyak hadits yang menerangkan masalah ini, di antaranya:
Dari Imran bin Hushain ra, dari Nabi saw:
اطَّلَعْتُ فِي الْجَنَّةِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا الْفُقَرَاءَ وَاطَّلَعْتُ فِي النَّارِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ
Aku melihat surga, ternyata kebanyakan penghuninya adalah fuqara. Aku pun melihat neraka dan ternyata kebanyakan penghuninya adalah wanita.” (HR. al-Bukhari no. 3241 dan Muslim no. 2738)
Dari Abu Sa’id al-Khudri ra, Rasulullah saw bersabda:
أَبْرِدُوا بِالظُّهْرِ فَإِنَّ شِدَّةَ الْحَرِّ مِنْ فَيْحِ جَهَنَّمَ
Tundalah pelaksanaan shalat zhuhur hingga cuaca dingin, karena panas yang sangat terik adalah panas dari neraka Jahannam.” (HR. al-Bukhari no. 3259)
Dari Anas bin Malik ra, Rasulullah n bersabda:
وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لَوْ رَأَيْتُمْ مَا رَأَيْتُ لَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا وَلَضَحِكْتُمْ قَلِيلًا. قَالُوا: مَا رَأَيْتَ، يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: رَأَيْتُ الْجَنَّةَ وَالنَّارَ
Demi Dzat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, kalau kalian melihat apa yang aku lihat, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” Para sahabat berkata, “Apa yang engkau lihat, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Aku telah melihat surga dan neraka.” (HR. Muslim no. 426)
Dalam tulisan ini, kami hanyalah membahas tentang neraka. Kita akan mencoba mengilmui sebagian pembahasan tentang neraka: sifat-sifatnya, macam-macam siksa di dalamnya, dan cara menyelamatkan diri dari neraka.
Sifat-Sifat Neraka
Telah banyak nash dalam al-Qur’an dan as-Sunnah yang menjelaskan sifat-sifat neraka. Kami hanya akan menyampaikan sebagian kecilnya, mudah-mudahan menjadi nasihat bagi kita semua.
1.      Neraka memiliki tujuh pintu
Allah Ta’ala berfirman: “Jahannam itu mempunyai tujuh pintu. Tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka.” (al-Hijr: 44)
2.      Malaikat penjaga neraka
Allah Ta’ala berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (at-Tahrim: 6)
Dalam ayat lain: “Mereka berseru, ‘Wahai Malik, biarlah Rabbmu membunuh kami saja.’ Dia menjawab, ‘Kamu akan tetap tinggal (di neraka ini)’.” (az-Zukhruf: 77)
3.      Besar neraka
Dari Ibnu Mas’ud ra, Nabi saw bersabda:
يُؤْتَى بِجَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍ لَهَا سَبْعُونَ أَلْفَ زَمَامٍ، مَعَ كُلِّ زَمَامٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ يَجُرُّونَهَا
“Didatangkan neraka di hari itu, dalam keadaan ia memiliki 70.000 tali kekang, setiap tali kekang diseret 70.000 malaikat.” (HR. Muslim dan at-Tirmidzi)
4.      Panas neraka
Allah Ta’ala berfirman: Katakanlah, “Api neraka Jahannam itu lebih sangat panas(nya),” jika mereka mengetahui. (at-Taubah: 81)
Rasulullah saw bersabda:
نَارُكُمْ هَذِهِ الَّتِي يُوقِدُ ابْنُ آدَمَ جُزْءٌ مِنْ سَبْعِينَ جُزْءًا مِنْ حَرِّ جَهَنَّمَ
“Api kalian, yang dinyalakan bani Adam, adalah satu bagian dari tujuh bagian panasnya api neraka.” (HR. al-Bukhari no. 3265 dan Muslim no. 2843)
5.      Kedalaman neraka
Ketika Rasulullah saw sedang bersama sahabatnya, tiba-tiba mereka mendengar suara. Beliau saw berkata:
تَدْرُونَ مَا هَذَا؟ قَالَ: قُلْنَا: اللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: هَذَا حَجَرٌ رُمِيَ بِهِ فِي النَّارِ مُنْذُ سَبْعِينَ خَرِيفًا فَهُوَ يَهْوِي فِي النَّارِ الْآنَ حَتَّى انْتَهَى إِلَى قَعْرِهَا
“Tahukah kalian, apakah itu?” Mereka berkata, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.” Beliau berkata, “Itu adalah batu yang dilemparkan ke dalam Jahanam sejak tujuh puluh musim yang lalu. Sekarang baru sampai dasarnya.” (HR. Muslim no. 2844)
6.      Makanan dan minuman penduduk neraka
Allah Ta’ala berfirman: “Kemudian sesungguhnya kalian, wahai orang-orang yang sesat lagi mendustakan, benar-benar akan memakan pohon zaqqum, yang akan memenuhi perut kalian. Sesudah itu, kalian akan meminum air yang sangat panas. Maka kalian minum seperti unta yang sangat haus. Itulah hidangan untuk mereka pada hari pembalasan.” (al-Waqi’ah: 51—56)
Rasulullah saw berkata, “Seandainya satu tetes zaqqum menetes di dunia, niscaya akan merusak kehidupan penduduk dunia. Bagaimana (kira-kira pengaruhnya) bagi orang yang memakannya.” (HR. Ahmad, at-Tirmidzi, dan an-Nasa’i, lihat Shahih Jami’ no. 5126)
Allah Ta’ala berfirman: “… Sesungguhnya Kami telah menyediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.” (al-Kahfi: 29)
Allah Ta’ala berfirman: “Di hadapannya ada Jahannam dan dia akan diberi minuman dengan air nanah.” (Ibrahim: 16)
Rasulullah saw bersabda, “Barang siapa meminta surga kepada Allah tiga kali, surga akan berkata, ‘Ya Allah, masukkanlah dia ke surga.’ Barang siapa meminta perlindungan dari neraka kepada Allah tiga kali, neraka akan berkata, ‘Ya Allah, lindungilah dia dari neraka.’ (Shahihul Jami’ no. 6151)
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ
Ya Allah, kami memohon surga kepada-Mu dan berlindung kepada-Mu dari neraka.”
Mudah-mudahan Allah Ta’a’a menyelamatkan kita dari dahsyatnya api neraka dan memasukkan kita dengan rahmat-Nya ke dalam surga-Nya yang abadi. Aamiin
أقُولُ قَوْلي هَذَا وَأسْتغْفِرُ اللهَ العَظِيمَ لي وَلَكُمْ، فَاسْتغْفِرُوهُ يَغْفِرْ لَكُمْ  إِنهُ هُوَ الغَفُورُ الرَّحِيمُ، وَادْعُوهُ يَسْتجِبْ لَكُمْ إِنهُ هُوَ البَرُّ الكَرِيْمُ

Khutbah Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَمَّا بَعْدُ؛
فَيَا عِبَادَ اللهِ
(( إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا))
اللَّهُمَّ صَلِّ وسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ وسَلّمْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ،
 وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ
رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ