Saturday, August 24, 2013

Ber-Ilmu sebelum Ber-Amal

Sebagai khalifah, manusia diberikan tanggung jawab untuk menjaga dan memelihara bumi hingga kiamat nanti. Dengan modal akal dan hati yang dimilikinya, manusia diberikan tanggung jawab yang cukup berat ini. Tidak heran jika pada saat awal penciptaan manusia, Allah Ta’ala berfirman kepada malaikat dan iblis untuk sujud kepada Nabi Adam atas dasar akal dan tanggung jawab yang dimiliki manusia. Hanya iblis yang membangkang untuk turut sujud kepada Nabi Adam karena kesombongannya, sedangkan malaikat mengikuti perintah Allah SWT tersebut (ayat terkait dapat dilihat di Q.S Al-Baqarah:30-34). Kita lihat bahwa tanggung jawab manusia sebagai khalifah ini begitu berat sehingga membuat Allah meminta jin dan malaikat untuk sujud kepada Nabi Adam. Hanya Allah lah yang mengetahui alasan mengapa manusia yang dipilih sebagai khalifah. Kita tidak bisa menyangkal peran kita sebagai khalifah di muka bumi, maka dari itu kita harus berusaha untuk selalu berpedoman kepada Al Qur’an dan As Sunah untuk menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya agar hingga hari akhir nanti ajaran Allah tetap murni sesuai dengan yang diajarkan Nabi Muhammad s.a.w.

Dibalik semua skenario terindah yang telah Allah SWT rencanakan untuk kita sebagai khalifah di bumi Allah SWT ini, kita juga patut bersyukur bahwa diantara jutaan umat manusia yang ada kita lah yang dipilih Allah SWT untuk bisa merasakan indahnya beriman kepada Allah SWT. Dengan islam, kita dikenalkan hakikat manusia sebagai makhluk yang pada fithrahnya adalah suci, mencintai kebenaran dan membenci kehidupan jahiliah. Sungguh indahnya nikmat islam, karena islam juga mengajarkan manusia untuk menggunakan akal serta hatinya untuk dapat membedakan yang haq dan bathil. Hal itulah yang menjadi bekal kita untuk menabung amalan di dunia. Dan bersyukur pula lah kita untuk hidup di zaman ini, juga di Indonesia, yang dapat beribadah tanpa tekanan serta terhindar dari penjajahan fisik. Tapi kita janganlah senang dulu, setiap zaman pasti ada tantangannya. Jika dulu Rasulullah s.a.w beserta para sahabatnya diberikan ujian berupa penyiksaan karena beriman kepada Allah SWT. Itulah jalan jihad mereka dengan berperang di jalan Allah SWT. Namun sekarang, apa yang harus kita lakukan dalam jihad fisabilillah?
Allah 'Azza wajalla berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah ‘Adn. Itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman. Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah sebagaimana Isa Ibnu Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kamilah penolong-penolong agama Allah”, lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir; Maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang. (QS As Shaff:10-14)
Sebuah perniagaan yang tiada merugi yaitu kita membelanjakan harta kita untuk menegakkan Islam dan balasannya pun tidak tanggung-tanggung, surga Allah. Dan itulah jalan jihad kita, berdakwah di jalan Allah SWT, yaitu menyampaikann perkara yang baik kepada sesama dan dilakukan baik dengan lisan melalui nasihat, maupun perbuatan yaitu melalui contoh. Dakwah dapat dilakukan dari lingkungan dan ruang lingkup terkecil yaitu dakwah fardhiyah atau dakwah perorangan. Dengan menyampaikan ilmu yang kita miliki, maka disana kita seharusnya bisa sama-sama belajar dan saling mengingatkan karena Allah sangatlah membenci orang-orang yang mengatakan sesuatu yang tidak mereka kerjakan, sesuai dengan firman Allah 'Azza wajalla:
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” Q.S As Shaff : 2-3.
Bicara tentang tantangan akhir zaman, memang sungguh berbeda kehidupan jahili versi dulu dan sekarang. Menurut Salim A. Fillah dalam bukunya yang berjudul ‘Saksikan Bahwa Aku Seorang Muslim’, berhala zaman dahulu dapat terlihat, yaitu patung-patung yang dengan jelas disembah oleh manusia. Namun sekarang, berhala-berhala yang menyekutukan Allah SWT sudah tak terlihat lagi, yaitu hawa nafsunya yang dijadikan sesembahannya. Bahkan para penyembah berhala itu pun bisa jadi tidak menyadari akan apa yang dilakukannya. Seperti firman dalam Allah 'Azza wajalla yang artinya,
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai sesembahannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmuNya? Dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan di atas penglihatannya…” (Q.S Al Jatsiyah: 23).
Berdoalah, semoga kita tidak termasuk golongan yang menggunakan hawa nafsu sebagai sesembahannya. Tetapi, hal itulah yang menimpa manusia di zaman ini, khususnya generasi muda. Berpegang kepada Al-Qur’an dan As Sunah merupakan pedoman yang pasti untuk beramal dan berdakwah di dunia ini karena dua hal itulah yang ditinggalkan Rasulullah s.a.w untuk umatnya. Allah 'Azza wajalla berfirman,
 ”Apa saja yang diberikan oleh Rasul kepadamu semua, maka ambillah itu (yakni lakukanlah) dan apa saja yang dilarang olehnya, maka hentikanlah itu.”
(Q.S al-Hasyr: 7).
Namun, di zaman ini ternyata ada saja amalan-amalan yang dianggap sunah tapi ternyata itu adalah tambahan-tambahan yang dilakukan setelah zaman Rasulullah SAW atau lebih dikenal dengan bid’ah. Padahal, sesuai dengan firman Allah SWT di atas bahwa kita diperintah untuk mengikuti perintah Rasulallah SAW. Maka sebelum melakukan Amalan, ada baiknya kita teliti terlebih dahulu keshahihan haditsnya. Itulah manfaat dari terus menuntut ilmu di akhir zaman ini agar kita dapat mengamalkan ajaran Rasulullah SAW yang murni dan terhindar dari kebid’ahan. Hal itu pun belum cukup, ada baiknya kita untuk senantiasa berdo’a agar diberikan hidayah-Nya dan keindahan nikmat iman yang merasuk ke hati kita.
Intinya, kita sebagai seorang manusia telah diberi tanggung jawab yang cukup besar, yaitu menjaga bumi ini. Allah Ta’ala telah mengutus Muhammad s.a.w sebagai pengemban risalah dan telah mewariskan Al Qur’an dan As Sunah untuk kita sebagai pedoman bagi kita untuk menjalani kehidupan dunia di akhir zaman ini. Di tengah kehidupan jahiliah yang terselubung seperti sekarang, ada baiknya kita berusaha untuk mencegahnya dengan cara menyampaikan ilmu kita, minimal kepada orang terdekat kita. Tetapi sebelumnya, kita berhati-hati akan apa yang akan kita sampaikan. Teliti, pahami, dan cari hadits yang paling sahih mengenai apa yang akan kita sampaikan karena kebid’ahan telah sangat dekat di sekitar kita. Itulah pentingnya menuntut ilmu terlebih dahulu sebelum beramal dan menyampaikannya. Rasulullah SAW bersabda,
“Betapa ingin aku bertemu dengan saudara-saudaraku!” Para sahabat berkata,”Wahai Rasulullah, bukankah kami ini saudara-saudaramu?” Rasulullah menjawab, “Kamu sekalian adalah sahabat-sahabatku, saudara-saudraku adalah generasi yang belum muncul.” Wahai Rasulullah, bagaimanakah engkau dapat mengenali suatu generasi dari umatmu yang belum lagi muncul ?” Tanya sahabat. Beliau menjawab, “Bagaimanakah menurutmu, bila seseorang memiliki seekor kuda yang putih kepala dan kakinya diantara kuda-kuda yang hitam legam, bukankah dia dapat mengenali kudanya ?” “Tentu saja wahai Rasulullah!” Jawab mereka. “ Sungguh mereka akan datang dengan warna putih bercahaya pada wajah dan di tubuh mereka disebabkan air wudhu.’ Dan akulah yang akan mendahului mereka tiba di telaga  (Al-Kautsar)! Jawab Beliau.
(HR. Muslim)
Dan tahukah sahabat Mata’, bahwa yang dimaksud dengan akhir zaman adalah sekarang, pada saat bagian kita untuk terlahir di dunia ini. Dan juga janganlah lupa untuk meniatkan setiap langkah kita di dunia, setiap seruan kita kepada kebaikan, hanyalah untuk mendapat ridha dari Allah Ta’ala.

ILMU --------> AMAL
Wallahu a’lam bish shawab.

Muraji' :
Kitab Riyadhus Shalihin-Imam Nawawi;
Saksikan Bahwa Aku Seorang Muslim-Salim A. Fillah

No comments:

Post a Comment