Sudah sepantasnya bagi seorang muslim untuk
berhias dengan sifat yang sangat mulia tersebut, karena ia merupakan bagian dari
sifat-sifat yang dicintai oleh Allah subhanahu wa
ta’ala. Dengannya pula merupakan sebab seseorang dapat
meraih berbagai kunci kebaikan dan keutamaan. Sebaliknya, orang yang tidak
memiliki sifat lemah lembut, maka ia tidak akan bisa meraih berbagai kebaikan
dan keutamaan.
Dikisahkan dalam sebuah hadits bahwa suatu ketika Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang duduk-duduk bersama para shahabat radhiyallahu ‘anhum di dalam masjid.
Tiba-tiba muncul seorang ‘Arab badui (kampung) masuk ke dalam masjid, kemudian
kencing di dalamnya. Maka, dengan serta merta, bangkitlah para shahabat yang ada
di dalam masjid, menghampirinya seraya menghardiknya dengan ucapan yang keras.
Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam melarang mereka untuk menghardiknya dan
memerintahkan untuk membiarkannya sampai orang tersebut menyelesaikan hajatnya.
Kemudian setelah selesai, beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam meminta untuk diambilkan setimba air untuk
dituangkan pada air kencing tersebut. (HR. Al
Bukhari)
Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil
‘Arab badui tersebut dalam keadaan tidak marah ataupun mencela. Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menasehatinya dengan lemah lembut: “Sesungguhnya masjid
ini tidak pantas untuk membuang benda najis (seperti kencing, pen) atau kotor.
Hanya saja masjid itu dibangun sebagai tempat untuk dzikir kepada Allah, shalat,
dan membaca Al Qur’an.” (HR.
Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan:
إِنَّ الرِّفْقَ لاَ يَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَعُ
مِنْ شَيْءٍ إِلاَّ
شَانَهُ
“Sesungguhnya sifat
lemah lembut tidaklah berada pada sesuatu kecuali akan membuat indah sesuatu
tersebut dan tidaklah sifat lemah lembut dicabut dari sesuatu kecuali akan
membuat sesuatu tersebut menjadi buruk.” (HR. Muslim)
No comments:
Post a Comment