BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sejak zaman
prasejarah, penduduk kepulauan Indonesia dikenal sebagai pelayar-pelayar yang
sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal abad masehi sudah ada rute-rute
pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan berbagai daerah di
daratan Asia Tenggara. Wilayah Barat Nusantara dan sekitar Malaka, sejak masa
kuno merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian, terutama hasil bumi yang
dijual disana menarik bagi para pedagang dan menjadi daerah lintasan penting
antara Cina dan India. Sementara itu, buah pala dan cengkeh yang berasal dari
Maluku, dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual pada pedagang
asing.
Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14
dan 15 M antara lain juga disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh
kerajaan-kerajaan Hindu / Budha di Nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya dan
Sunda. Thomas Arnold dalam The Preaching of Islam mengatakan bahwa
kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk seperti halnya bangsa Portugis dan
Spanyol. Islam datang ke Asia Tenggara dengan jalan damai, tidak dengan pedang,
tidak dengan merebut kekuasaan politik. Islam masuk ke Nusantara dengan cara
yang benar-benar menunjukkannya sebagai rahmatan lil'alamin.
Sumber-sumber literatur Cina menyebutkan, menjelang seperempat abad ke-7,
sudah berdiri perkampungan Arab Muslim di pesisir pantai Sumatera. Di
perkampungan-perkampungan ini diberitakan, orang-orang Arab bermukim dan
menikah dengan penduduk lokal. Dari uraian inilah kita akan bahas lebid lanjut
mengenai munculnya pemukiman-pemukiman serta proses islamisasi di Indonesia.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana Munculnya
Pemukiman-Pemukiman Muslim di Kota-Kota Pesisir ?
2. Bagaimana Saluran dan Cara-Cara
Islamisasi di Indonesia ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
MUNCULNYA PEMUKIMAN-PEMUKIMAN MUSLIM
DI KOTA-KOTA PESISIR Menjelang abad ke-13 M, di pesisir Aceh
sudah ada pemukiman muslim. Persentuhan antara penduduk pribumi dengan pedagang
muslim Arab, Persia dan India memang pertama kali terjadi di daerah ini. Karena
itu diperkirakan proses islamisasi sudah berlangsung sejak persentuhan itu
terjadi
Setelah
Malaka jatuh ke tangan Portugis(1511 M), mata rantai penting pelayaran beralih
ke Aceh, kerajaan Islam yang melanjutkan kejayaan Samudra Pasai. Dari sini
proses islamisasi di kepulauan Nusantara berlangsung lebih cepat dari
sebelumnya. Untuk menghindari gangguan Portugis yang menguasai selat Malaka, untuk
sementara kapal-kapal memilih berlayar menelusuri pantai barat Sumatra. Aceh
kemudian berusaha melebarkan kekuasaannya sampai ke Selatan sampai ke Pariaman dan Tiku. Dari Sumatra
kapal-kapal memasuki Selat Sunda menuju ke pelabuhan-pelabuhan di pantai utara
Jawa.
Berdasarkan
berita Tomes Pires (1512-1515), dapat diketahui di daerah-daerah pesisir
Sumatra Utara dan timur Selat Malaka, yaitu daerah Aceh sampai Palembang sudah
banyak terdapat masyarakat dan kerajaan-kerajaan Islam. Akan tetapi
daerah-daerah di pedalaman yaitu Palembang masyarakatnya yang belum islam juga
masih banyak. Proses Islamisasi di pedalaman Aceh, Sumatera Barat terutama terjadi sejak Aceh melakukan
ekspansi politiknya pada abad ke-16 dan 17 M.
Sementara
itu di Jawa, proses Islamisasi sudah berlangsung sejak abad ke-11 M meskipun
belum meluas terbukti dengan diketemukannya makam Fatimah binti Maimun di Leran
Gresik yang brangka tahun 475 H (1082 M ). Berita tentang Islam di Jawa memang
masih langka pada abad ke-11 dan 12 M akan tetapi sejak akhir abad 13 M dan
abad-abad berikutnya terutama ketika Majapahit mencapai puncak kebesarannya. Bukti-bukti
adanya proses Islamisasi sudah banyak dengan diketemukannya beberapa puluh
nisan kubur di Troloyo,Trowulan dan Gresik.Bahkan menurut berita Ma-huan(1416
M)di pusat Majapahit maupun pesisir terutama dikota-kota pelabuhan telah
terjadi proses Islamisasi dan sudah pula terbentuk masyarakat muslim.Pertumbuhan
masyarakat Islam disekitar Majapahit erat hubungannya dengan perkembangan
pelayaran dan perdagangan yang dilakukan orang-orang Islam yang memiliki
kekuasaan ekonomi dan politik di Samudera Pasai,Malaka,dan Aceh.
Tome Pires
juga menyebutkan bahwa di Jawa sudah ada kerajaan yang bercorak Islam yatu
Demak, kerajaan-kerajaan yang berada di utara Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa
Tengah disamping ada kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu. Melihat makam-makam
muslim yang terdapat di situs-situs Majapahit,diketahui bahwa Islam sudah hadir
di ibu kota Majapahit sejak kerajaan itu mencapai puncaknya. Meskipun demikian
lazim dianggap bahwa Islam di Jawa pada mulanya menyebar selama periode merosotnya kerajaan Hindu-Budha. Islam
menyebar ke pesisir pulau Jawa melalui hubungan perdagangan,kemudian dari
pesisir ini agak belakangan menyebar ke pedalaman pulau itu.
Perkembangan
Islam di pulau Jawa bersamaan waktunya dengan melemahnya posisi Majapahit. Hal
itu memberi peluang kepada raja-raja Islam di pesisir untuk membangun
pusat-pusat kekuasaan yang independen. Dibawah bimbingan sepiritual Sunan Kudus
akhirnya mampu menggantikan Majapahit seebagai keraton pusat.
Pengaruh
Islam masuk ke Indonesia bagian timur khususnya daerah Maluku tidak dapat
dipisahkan dari jalur perdagangan yang terbentang pada pusat lalu lintas
pelayaran Internasional di Malaka,Jawa dan Maluku. Raja Ternate yang ke
12(Molomatea)bersahabat dengan orang Arab yang memberinya petunjuk dalam
pembuatan kapal-kapal tapi agaknya bukan dalam hal kepercayaan. Hal ini
menunjukan bahwa di Ternatesudah ada masyarakat Islam sebelum rajanyamasuk
Islam.Demikian juga di Banda,Hitu,Makyan dan Bacan.
Menurut
Tomes Pires orang masuk Islam di Maluku
kira-kira tahun 1460-1465 M.Hal itu sejalan dengan berita Antonio
Galvao.Orang-orang Islam masuk Maluku tidak menghadapi kerajaan-kerajaan yang
sedang mengalami perpecahan sebagaimana halnya di Jawa.Mereka datang dan
menyebarkan agama Islam melalui perdagangan,dakwah dan perkawinan.
Kalimantan
Timur pertama kali di Islamkan oleh Datuk Ri Bandang dan Tunggang
Parangan.Kedua mubalihg itu datang setelah orang-orang Makasar masuk
Islam.Proses Islamisasi di Kutai dan sekitarnya ini diperkirakan terjadi
sekitar tahun 1575.Sulawesi terutama bagian Selatan sejak abad 15 M sudah
didatangi oleh pedagang-pedagang muslim dari Malaka,Jawa dan Sumatera.
Pada abad
ke 16 M di Sulawesi banyak sekali kerajaan yang masih menyembah berhala akan
tetapi pada abad itu juga di Gowa sudahg terkenal masyarakat muslim.Di Gowa dan
Tallo raja-rajanya masuk islam secara resmi pada tanggal 22 September 1605 M. Proses
Islamisasi di Gowa dilakukan dengan cara damai oleh Dato Ri Bandang dan Dato
Sulaeman keduanya memberikan ajaran-ajaran Islam kepada masyarakat dan raja. Setelah
resmi memeluk agama Islam Gowa melancarkan perang terhadap Soppeng,Wajo dan
terakhir Bone.Kerajaan-kerajaan pun masuk Islam ,Wajo 10 Mei 1610 M,dan Bone 23
November 1611 M. Proses Islamisasi tidak berhenti sampai berdirinya
kerajaan-kerajaan Islam tetapi terus berlangsung intensifdengan berbagai cara
dan saluran.
B. SALURAN DAN CARA-CARA ISLAMISASI DI INDONESIA
Kedatangan islam dan penyebarannya
kepada golongan bangsawan dan rakyat umumnya, dilakukan secara damai. Apabila
situasi politik suatu kerajaan mengalami kekacauan dan kelemahan disebabkan
perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana, maka islaam dijadikan alat
politik bagi golongan bangsawan atau pihak-pihak yang menghendaki kekuasaan
itu. Mereka berhubungan dengan pedagang-pedagang muslim yang posisi ekonominya
kuat karena menguasai pelayaran dan perdagangan. Apabila kerajaan islam sudah
berdiri, penguasanya melancarkan perang terhadap kerajaan non islam. Hal itu
bukanlah karena persoalan agama tetapi karena dorongan politis untuk menguasai kerajaan-kerajaan
di sekitarnya. Menurut Uka Tjandrasasmita, saluran-saluran Islamisasi yang
berkembang ada 6, yaitu:
1.
Saluran Perdagangan
Pada taraf permulaan, saluran
islamisasi adalah perdagangan. Kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke-7
hingga ke 16 M. Membuat pedagang-pedagang muslim turut ambil bagian dalam
perdagangan dari negeri-negeri bagian barat, tenggara dan timur benua asia.
Saluran islamisasi melalui perdagangan ini sangat menguntungkan karena para
raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan, bahkan mereka
menjadi pemilik kapal dan saham. Mengutip pendapat Tome Pires berkenaan dengan
saluran islamisasi melalui perdagangan ini di pesisir pulau Jawa, Uka
Tjandrasasmita menyebutkan bahwa para pedagang muslim banyak yang bermukim di
Pesisir Pulau Jawa yang penduduknya ketika itu masih kafir. Mereka
berhasil mendirikan masjid-masjid dan mendirikan mullah-mullah dari luar
sehingga jumlah mereka menjadi banyak, dan karenanya anak-anak muslim itu
menjadi oraang Jawa dan kaya-kaya. Di beberapa tempat, penguasa-penguasa Jawa,
yang menjabat sebagai Bupati-bupati Majapahit yang ditempatkan di pesisir utara
jawa banyak yang masuk islam, bukan hanya karena faktor politik dalam negeri
yang sedang goyah, tetapi terutama karena faktor hubungan ekonomi dengan
pedagang-pedagang muslim. Dalam perkembangan selanjutnya, mereka kemudian
mengambil alih perdagangan dan kekuasaan di tempat-tempat tinggalnya.
2.
Saluran Perkawinan
Dari sudut ekonomi, para pedagang
muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi,
sehingga penduduk pribumi, terutama putri-putri bangsawan, tertarik untuk
menjadi istri saudagar-saudagar itu. Sebelum kawin, mereka diislamkan lebih
dahulu. Setelah mereka mempunyai keturunan, lingkungan mereka makin luas.
Akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah dan kerajaan-kerajaan muslim.
Dalam perkembangan berikutnya, ada pula wanita muslim yang dikawini oleh
keturunan bangsawan; tentu saja setelah yang terakhir ini masuk islam terlebih
dahulu. Jalur perkawinan ini lebih menguntungkan apabila terjadi antara
saudagar muslim dengan anak bangsawan atau anak raja dan anak adipati, karena
raja, adipati atau bangsawan itu kemudian turut mempercepat proses islamisasi.
Demikianlah yang terjadi antara Raden Rahmat atau Sunan Ngampel dengan Nyai
Manila, Sunan Gunung Jati dengan puteri Kawunganten, Brawijaya dengan puteri
Campa yang menurunkan Raden Patah (raja pertama Demak) dan lain-lain.
3.
Saluran Tasawuf
Pengajar-pengajar tasawuf, atau para
sufi, mengajarkan teosofi yang bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas
oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam soal-soal magis dan mempunyai
kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Diantara mereka ada juga yang mengawini
putri-putri bangsawan setempat. Dengan tasawuf “bentuk” Islam yang diajarkan
kepada penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang
sebelumnya menganut agama Hindu, sehingga agama baru itu mudah dimengerti dan
diterima. Di antara ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung
persamaan dengan alam pikiran Indonesia pra-islam itu adalah Hamzah Fansuri di
Aceh, Syekh Lemah Abang dan sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini
masih berkembang di abad ke-19 M bahkan di abad ke 20 M ini.
4.
Saluran Pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan,
baik pesantren maupun pondok yang diselenggarakan oleh guru-guru agama,
kyai-kyai dan ulama-ulama. Di pesantren atau pondok itu calon ulama, guru agama
dan kyai mendapat pendidikan agama. Setelah keluar dari pesantren, maka pulang
ke kampung masing-masing atau berdakwah ketempat tertentu mengajarkan islam.
Misalnya, pesantren yang didirikan oleh Raden Rahmat di Ampel denta Surabaya,
dan sunan Giri di Giri. Keluaran pesantren Giri ini banyak yang diundang ke
Maluku untuk mengajarkan agama Islam.
5.
Saluran Kesenian
Saluran islamisasi melalui kesenian
yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang. Dikatakan, Sunan Kalijaga
adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang. Dia tidak pernah
meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton untuk mengikutinya
mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih dipetik dari
cerita Mahabarata dan Ramayana, tetapi di dalam cerita itu disisipkan ajaran
dan nama-nama pahlawan islam. Kesenian lain juga dijadikan alat islamisasi, seperti
sastra, seni bangunan, dan seni ukir.
6.
Saluran Politik
Di Maluku dan Sulawesi selatan,
kebanyakan rakyat masuk islam setelah rajanya memeluk islam terlebih dahulu.
Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnyaislam di daerah ini. Di
samping itu, baik di Sumatra dan Jawa maupun di Indonesia bagian timur, demi
kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan non
islam. Kemenangan kerajaan islam secara politis banyak menarik penduduk
kerajaan bukan islam itu masuk islam.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan
pada pembahasan sebelumnya, maka dapatlah ditarik kesimpulan- kesimpulan
sebagai berikut :
1. Munculnya pemukiman-pemukiman di
kota pesisir di Indonesia karena banyak faktor diantaranya :
-
Pelayaran dan perdagangan yang mengarungi lautan lepas
-
Adanya komunitas-komunitas islam
-
Berdirinya kerajaan-kerajaan islam.
2. Saluran dan cara islamisasi di
Indonesia melalui beberapa cara:
- Saluran perdagangan
- Saluran perkawinan
- Saluran tasawuf
- Saluran pendidikan
- Saluran Kesenian
- Saluran Politik
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh
dari kesempurnaan. Karenanya, saran dan kritikan yang sifatnya membangun,
sangat penulis
harapkan dari semua pihak.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Badri Yatim, M.A_Sejarah
Peradaban Islam.
sekarang perlunya punya khusus daerah pemukiman muslim
ReplyDelete