Monday, May 20, 2013
Thursday, May 2, 2013
Agar Pernikahan Berlimpah Barakah
Tak ada
yang lebih berharga dalam rumah-tangga kecuali pernikahan yang penuh
barakah. Tak ada yang lebih patut kita harapkan dalam pernikahan
melebihi barakah. Inilah yang Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam
tuntunkan kepada kita. Sesungguhnya, barakah adalah kebaikan yang sangat
banyak, kebaikan yang berlimpah, kebaikan yang bertambah-tambah. Jika
pernikahan kita berlimpah barakah, maka bahagia pasti akan menyertai.
Sebaliknya, pernikahan yang bahagia, belum tentu ada barakah di
dalamnya.
Jika Allah Ta'ala berikan barakah, maka apa yang tampaknya merupakan kesulitan, maka ia akan menjadi jalan kebaikan. Apa yang tampaknya berat, mendatangkan kebaikan. Sebaliknya, jika Allah Ta'ala mencabut barakah dari pernikahan, maka apa yang saat ini mendatangkan kesenangan dan kebahagiaan akan menjadi jalan datangnya keburukan di kemudian hari. Itu sebabnya, kita harus senantiasa mengharap barakah Allah 'Azza wa Jalla dan berusaha untuk menempuh jalan yang penuh barakah.
Semoga Allah Ta'ala berikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua. Kita memohon petunjuk dan kekuatan kepada Allah subhanahu wa ta'ala untuk mampu melaksanakan apa yang telah ditunjukkan-Nya.
Sesungguhnya nilai setiap amal sangat tergantung kepada niatnya. Jika niat kita benar dan mulia, maka hal-hal mubah yang kita kerjakan dalam rangka meraih kemuliaan tersebut, akan terhitung sebagai kemuliaan juga. Sebaliknya, apa-apa yang diwajibkan maupun disunnahkan dalam agama ini, jika melakukannya bukan karena niat yang benar, maka kebaikan tersebut tak berharga di hadapan Allah subhanahu wa ta'ala.
Nikah merupakan salah satu sunnah Nabi shallaLlahu 'alaihi wa sallam. Yang dimaksud sunnah dalam hal ini adalah sesuatu yang dicontohkan dan sekaligus diperintahkan dengan perintah yang jelas dari Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam. Jika kita menikah karena ingin memuliakan sunnah, maka Allah Ta'ala akan limpahi barakah dalam pernikahan kita. Karena itu, kita perlu membenahi niat, terutama saat menjelang nikah agar niat kita lurus. Kita menikah karena ingin mengikuti sunnah Nabi shallaLlahu 'alaihi wa sallam. Bukan sekedar karena sudah sangat ingin menikah.
Mari kita ingat sejenak sabda Nabi shallaLlahu 'alaihi wa sallam:
اَلنِّكَاحُ مِنْ سُنَّتِي فَمَنْ لَمْ يَعْمَلْ بِسُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي، وَتَزَوَّجُوْا، فَإِنِّي مُكَاثِرٌ بِكُمُ اْلأُمَمَ، وَمَنْ كَانَ ذَا طَوْلٍ فَلْيَنْكِحْ، وَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَعَلَيْهِ بِالصِّيَامِ فَإِنَّ الصَّوْمَ لَهُ وِجَاءٌ
“Menikah adalah sunnahku. Barangsiapa yang enggan melaksanakan sunnahku, maka ia bukan dari golonganku. Menikahlah kalian! Karena sesungguhnya aku berbangga dengan banyaknya jumlah kalian di hadapan seluruh ummat. Barangsiapa memiliki kemampuan (untuk menikah), maka menikahlah. Dan barangsiapa yang belum mampu, hendaklah ia berpuasa karena puasa itu adalah perisai baginya (dari berbagai syahwat).” (HR. Ibnu Majah).
Maka, niat perlu ditata, tujuan perlu dibenahi. Selebihnya, kita perhatikan apa-apa yang dituntunkan oleh Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam terkait dengan nikah, utamanya pada masa pengantin baru. Saya hanya membahas apa-apa yang jarang dibahas, tetapi sangat penting bagi kebarakahan pernikahan. Artinya, ada banyak hal lain yang perlu dipelajari dan tidak saya sampaikan pada kesempatan kali ini mengingat sempitnya waktu serta mempertimbangkan apa yang paling penting berkait dengan barakahnya pernikahan.
Yang pertama, disunnahkan bagi kedua mempelai berdo'a memohon barakah bagi pernikahannya serta meminta do'a kebaikan dan kebarakahan kepada kaum muslimin. Sesungguhnya selain untuk mengumumkan kepada masyarakat dan berbagi kegembiraan, walimah juga merupakan sarana untuk meminta do'a kepada kaum muslimin. Dan tidak ada do'a yang lebih utama untuk orang yang baru menikah, melebihi do'a barakah sebagaimana yang dituntunkan oleh Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam:
بَارَكَ اللهُ لَكَ، وَبَارَكَ عَلَيْكَ، وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِي الْخَيْرِ
"Semoga Allah memberkahimu, dan semoga memberkahi atasmu, serta mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan." (HR. At-Tirmidzi).
Inilah do'a yang dituntunkan oleh Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam: ringkas, padat dan mencakup semua yang terbaik dalam pernikahan. Sebagian orang menyusun do'a yang lebih panjang, tetapi kurang tepat dari segi kesiapan kita untuk menjalani andaikata dikabulkan sepenuhnya, disamping kurang mencakup segala kebaikan yang kita harapkan. Ini misalnya dapat kita temukan pada do'a yang mulai kerap diucapkan dalam beberapa perhelatan pernikahan belakangan ini. Sepanjang pemahaman saya, do'a yang dituntunkan Nabi shallaLlahu 'alaihi wa sallam merupakan contoh terbaik. Bukan terlarang berdo'a dengan kalimat sendiri, tetapi hendaknya tidak sampai berlebihan dalam berdo'a.
Tentang berlebihan dalam berdo'a, berkenanlah untuk membaca catatan lain bertajuk Bahkan Ia Masuk Ke Jantung Kita di Facebook page ini juga.
Yang kedua, kita mendapati dalam hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam Malik, Ath-Thabrani dan Ibnu Majah bahwa ketika Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu menikah dengan Fathimah radhiyallahu 'anha (putri Nabi), maka pada malam pengantin baru sebelum kedua mempelai dukhul (bermalam bersama), Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam meminta air wudhu (beliau berwudhu), menuangkannya pada 'Ali, lalu mendo'akan keduanya:
اَللَّهُمَّ بَـارِكْ فِيْهِمَا، وَبَارِكْ لَهُمَا فِيْ بِنَـائِهِمَا
Ya Allah, barakahilah keduanya dan berkahilah keduanya dalam percampuran keduanya.
Sekali lagi, ini memberi pelajaran berharga bagi kita betapa yang paling patut diharapkan, dimohonkan dengan penuh kesungguhan dan diupayakan oleh orangtua yang menikahkan anak pun adalah barakah bagi pernikahan tersebut serta percampuran yang terjadi di antara keduanya. Semoga tidaklah lahir dari pernikahan tersebut kecuali keturunan yang memberi bobot kepada bumi dengan kalimat laa ilaaha illaLlah.
Yang ketiga, sunnah bagi mempelai laki-laki sebelum bermalam pertama untuk berdo'a dengan memegang ubun-ubun istrinya dengan do'a:
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِهَا وَخَيْرِمَـا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّمَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ
"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dari kebaikannya dan kebaikan watak yang telah Engkau jadikan padanya, serta aku berlindung kepada-Mu dari keburukannya dan keburukan watak yang telah Engkau jadikan padanya." (HR. Abu Dawud & Ibnu Majah).
Merawat Cinta
Ada dua hal yang harus kita tumbuhkan dalam rumah-tangga, yakni qaulan ma'rufah (cara komunikasi yang penuh perhatian) da mu'asyarah bil ma'ruf (mempergauli dengan baik). Di luar dua hal yang sangat penting tersebut, ada hal lain yang perlu kita perhatikan. Saya memilih untuk lebih menjelaskan tentang dua hal berikut ini, karena pembahasan tentang qaulan ma'rufan dan mu'asyarah bil ma'ruf sudah banyak terdapat dalam berbagai buku.
Dua hal tersebut adalah tentang keselarasan ruhiyah kita dan kebarakahan rezeki.
Renungilah sejenak sabda Nabi shallaLlahu 'alaihi wa sallam:
"الْأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ"
Jika Allah Ta'ala berikan barakah, maka apa yang tampaknya merupakan kesulitan, maka ia akan menjadi jalan kebaikan. Apa yang tampaknya berat, mendatangkan kebaikan. Sebaliknya, jika Allah Ta'ala mencabut barakah dari pernikahan, maka apa yang saat ini mendatangkan kesenangan dan kebahagiaan akan menjadi jalan datangnya keburukan di kemudian hari. Itu sebabnya, kita harus senantiasa mengharap barakah Allah 'Azza wa Jalla dan berusaha untuk menempuh jalan yang penuh barakah.
Semoga Allah Ta'ala berikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua. Kita memohon petunjuk dan kekuatan kepada Allah subhanahu wa ta'ala untuk mampu melaksanakan apa yang telah ditunjukkan-Nya.
Sesungguhnya nilai setiap amal sangat tergantung kepada niatnya. Jika niat kita benar dan mulia, maka hal-hal mubah yang kita kerjakan dalam rangka meraih kemuliaan tersebut, akan terhitung sebagai kemuliaan juga. Sebaliknya, apa-apa yang diwajibkan maupun disunnahkan dalam agama ini, jika melakukannya bukan karena niat yang benar, maka kebaikan tersebut tak berharga di hadapan Allah subhanahu wa ta'ala.
Nikah merupakan salah satu sunnah Nabi shallaLlahu 'alaihi wa sallam. Yang dimaksud sunnah dalam hal ini adalah sesuatu yang dicontohkan dan sekaligus diperintahkan dengan perintah yang jelas dari Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam. Jika kita menikah karena ingin memuliakan sunnah, maka Allah Ta'ala akan limpahi barakah dalam pernikahan kita. Karena itu, kita perlu membenahi niat, terutama saat menjelang nikah agar niat kita lurus. Kita menikah karena ingin mengikuti sunnah Nabi shallaLlahu 'alaihi wa sallam. Bukan sekedar karena sudah sangat ingin menikah.
Mari kita ingat sejenak sabda Nabi shallaLlahu 'alaihi wa sallam:
اَلنِّكَاحُ مِنْ سُنَّتِي فَمَنْ لَمْ يَعْمَلْ بِسُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي، وَتَزَوَّجُوْا، فَإِنِّي مُكَاثِرٌ بِكُمُ اْلأُمَمَ، وَمَنْ كَانَ ذَا طَوْلٍ فَلْيَنْكِحْ، وَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَعَلَيْهِ بِالصِّيَامِ فَإِنَّ الصَّوْمَ لَهُ وِجَاءٌ
“Menikah adalah sunnahku. Barangsiapa yang enggan melaksanakan sunnahku, maka ia bukan dari golonganku. Menikahlah kalian! Karena sesungguhnya aku berbangga dengan banyaknya jumlah kalian di hadapan seluruh ummat. Barangsiapa memiliki kemampuan (untuk menikah), maka menikahlah. Dan barangsiapa yang belum mampu, hendaklah ia berpuasa karena puasa itu adalah perisai baginya (dari berbagai syahwat).” (HR. Ibnu Majah).
Maka, niat perlu ditata, tujuan perlu dibenahi. Selebihnya, kita perhatikan apa-apa yang dituntunkan oleh Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam terkait dengan nikah, utamanya pada masa pengantin baru. Saya hanya membahas apa-apa yang jarang dibahas, tetapi sangat penting bagi kebarakahan pernikahan. Artinya, ada banyak hal lain yang perlu dipelajari dan tidak saya sampaikan pada kesempatan kali ini mengingat sempitnya waktu serta mempertimbangkan apa yang paling penting berkait dengan barakahnya pernikahan.
Yang pertama, disunnahkan bagi kedua mempelai berdo'a memohon barakah bagi pernikahannya serta meminta do'a kebaikan dan kebarakahan kepada kaum muslimin. Sesungguhnya selain untuk mengumumkan kepada masyarakat dan berbagi kegembiraan, walimah juga merupakan sarana untuk meminta do'a kepada kaum muslimin. Dan tidak ada do'a yang lebih utama untuk orang yang baru menikah, melebihi do'a barakah sebagaimana yang dituntunkan oleh Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam:
بَارَكَ اللهُ لَكَ، وَبَارَكَ عَلَيْكَ، وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِي الْخَيْرِ
"Semoga Allah memberkahimu, dan semoga memberkahi atasmu, serta mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan." (HR. At-Tirmidzi).
Inilah do'a yang dituntunkan oleh Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam: ringkas, padat dan mencakup semua yang terbaik dalam pernikahan. Sebagian orang menyusun do'a yang lebih panjang, tetapi kurang tepat dari segi kesiapan kita untuk menjalani andaikata dikabulkan sepenuhnya, disamping kurang mencakup segala kebaikan yang kita harapkan. Ini misalnya dapat kita temukan pada do'a yang mulai kerap diucapkan dalam beberapa perhelatan pernikahan belakangan ini. Sepanjang pemahaman saya, do'a yang dituntunkan Nabi shallaLlahu 'alaihi wa sallam merupakan contoh terbaik. Bukan terlarang berdo'a dengan kalimat sendiri, tetapi hendaknya tidak sampai berlebihan dalam berdo'a.
Tentang berlebihan dalam berdo'a, berkenanlah untuk membaca catatan lain bertajuk Bahkan Ia Masuk Ke Jantung Kita di Facebook page ini juga.
Yang kedua, kita mendapati dalam hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam Malik, Ath-Thabrani dan Ibnu Majah bahwa ketika Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu menikah dengan Fathimah radhiyallahu 'anha (putri Nabi), maka pada malam pengantin baru sebelum kedua mempelai dukhul (bermalam bersama), Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam meminta air wudhu (beliau berwudhu), menuangkannya pada 'Ali, lalu mendo'akan keduanya:
اَللَّهُمَّ بَـارِكْ فِيْهِمَا، وَبَارِكْ لَهُمَا فِيْ بِنَـائِهِمَا
Ya Allah, barakahilah keduanya dan berkahilah keduanya dalam percampuran keduanya.
Sekali lagi, ini memberi pelajaran berharga bagi kita betapa yang paling patut diharapkan, dimohonkan dengan penuh kesungguhan dan diupayakan oleh orangtua yang menikahkan anak pun adalah barakah bagi pernikahan tersebut serta percampuran yang terjadi di antara keduanya. Semoga tidaklah lahir dari pernikahan tersebut kecuali keturunan yang memberi bobot kepada bumi dengan kalimat laa ilaaha illaLlah.
Yang ketiga, sunnah bagi mempelai laki-laki sebelum bermalam pertama untuk berdo'a dengan memegang ubun-ubun istrinya dengan do'a:
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِهَا وَخَيْرِمَـا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّمَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ
"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dari kebaikannya dan kebaikan watak yang telah Engkau jadikan padanya, serta aku berlindung kepada-Mu dari keburukannya dan keburukan watak yang telah Engkau jadikan padanya." (HR. Abu Dawud & Ibnu Majah).
Merawat Cinta
Ada dua hal yang harus kita tumbuhkan dalam rumah-tangga, yakni qaulan ma'rufah (cara komunikasi yang penuh perhatian) da mu'asyarah bil ma'ruf (mempergauli dengan baik). Di luar dua hal yang sangat penting tersebut, ada hal lain yang perlu kita perhatikan. Saya memilih untuk lebih menjelaskan tentang dua hal berikut ini, karena pembahasan tentang qaulan ma'rufan dan mu'asyarah bil ma'ruf sudah banyak terdapat dalam berbagai buku.
Dua hal tersebut adalah tentang keselarasan ruhiyah kita dan kebarakahan rezeki.
Renungilah sejenak sabda Nabi shallaLlahu 'alaihi wa sallam:
"الْأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ"
“Ruh-ruh adalah seperti tentara yang berbaris-baris, maka yang
saling mengenal akan bersatu & yang saling mengingkari akan
berselisih.” (HR. Bukhari & Muslim).
Ruh kita sangat dipengaruhi oleh niat kita, orientasi hidup kita, 'ibadah kita dan tujuan hidup kita. Boleh jadi kita sering bersama-sama melakukan amalan yang baik, tetapi jika niat masing-masing dari kita berbeda, maka akan berbeda pula ruhiyah kita. Maka, hendaknya kita saling mengingatkan, saling menasehati dan saling menjaga iman agar tak terjatuh pada kemaksiatan yang sangat besar.
Mari sejenak kita renungi ucapan Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa 'alaa `alihi wa shahbihi wa sallam:
"مَا تَوَادَّ اثْنَانِ فِي الله جل وعز أو في الإِسْلامِ , فَيُفَرَّقُ بَيْنَهُمَا إِلا بِذَنْبٍ يُحْدِثُهُ أَحَدُهُمَا"
“Tak akan berpisah dua orang yang saling berkasih sayang karena Allah Jalla wa ‘Azza atau karena Islam, kecuali disebabkan oleh dosa yang dilakukan oleh salah seorang di antara keduanya.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad).
“Tak akan berpisah dua orang yang saling berkasih sayang karena Allah Jalla wa ‘Azza atau karena Islam, kecuali disebabkan oleh dosa yang dilakukan oleh salah seorang di antara keduanya.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad).
Ini bukanlah hadis tentang suami-istri. Ini adalah hadis tentang dua orang yang saling berkasih-sayang karena Allah Jalla wa 'Azza atau karena Islam, sehingga cakupannya lebih umum. Akan tetapi kita juga dapat mengambil pelajaran penting bahwa suami-istri yang menikah karena Allah Ta'ala demi menegakkan dakwah, dapat berpisah (bahkan dalam keadaan bermusuhan) tanpa terelakkan oleh keduanya manakala salah satu di antara mereka terjatuh pada dosa-dosa besar yang berlarut-larut. Maka, betapa perlu kita saling mengingatkan agar tak ada yang terjatuh pada keburukan yang besar, berbuat zalim atau --apalagi-- melakukan kesyirikan.
Ketika seseorang terjatuh pada dosa besar yang berlarut, boleh jadi rumah-tangga mereka tidak pecah dan keduanya tak saling berpisah. Mereka senantiasa bersama-sama karena keduanya sama-sama saling membantu dalam dosa besar tersebut. Na'udzubillahi min dzaalik. Semoga Allah Ta'ala selamatkan kita dari hal-hal yang demikian.
Adapun berkait dengan rezeki, maka yang senantiasa perlu kita minta dan usahakan adalah rezeki yang barakah. Jika rezeki barakah, sedikitnya membawa kebaikan, berlimpahnya juga melapangkan hati dan membawa kebaikan. Itu bukan berarti kita tidak boleh meminta rezeki yang berlimpah. Tetapi jangan pernah memisahkannya dengan memohon barakah.
Kita dapat berdo'a dengan ini, misalnya:
اللَّهُمَّ أكْثِرْ مَالِي، وَوَلَدِي، وَبَارِكْ لِي فِيمَا أعْطَيْتَنِي وَأطِلْ حَيَاتِي عَلَى طَاعَتِكَ، وَأحْسِنْ عَمَلِي وَاغْفِرْ لِي
“Allahumma ak-tsir maalii wa waladii, wa baarik lii fiimaa a’thoitanii wa athil hayaatii ‘ala tho’atik wa ahsin ‘amalii wagh-fir lii"
"Ya Allah perbanyaklah harta dan anakku serta barakahilah karunia yang Engkau beri. Panjangkanlah umurku dalam ketaatan pada-Mu dan baguskanlah amalku serta ampunilah dosa-dosaku."
Kita memohon rezeki yang
berlimpah barakah dan anak banyak yang juga penuh barakah dengan
bercermin pada do'a Nabi shallaLlahu 'alaihi wa sallam kepada Anas
radhiyallahu 'anhu tatkala Ummu Sulaim radhiyallahu 'anha (ibu dari
Anas) mengantarkannya ke hadapan Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa
sallam untuk menjadi pelayan beliau. Maka Rasulullah shallaLahu 'alai wa
sallam mendo'akan:
اللَّهُمَّ أَكْثِرْ مَالَهُ وَوَلَدَهُ ، وَبَارِكْ لَهُ فِيمَا أَعْطَيْتَهُ
“Ya Allah, perbanyaklah harta dan anaknya, serta barakahilah apa yang engkau karuniakan padanya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat yang lain, Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam mendo'akan dengan:
اللَّهُمَّ ارْزُقْهُ مَالًا، وَوَلَدًا، وَبَارِكْ لَهُ
"Ya Allah, tambahkanlah rezeki padanya berupa harta dan anak serta barakahilah dia dengan nikmat tersebut.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Semoga
catatan ini bermanfaat. Kepada Allah Ta'ala saya memohon ampun. Dan
kepada-Nya kita memohon perlindungan dan penjagaan dari keburukan kita
sendiri, dari hidup yang tidak barakah, dari hilangnya barakah
pernikahan dan dari terhapusnya barakah rezeki.
Wednesday, May 1, 2013
Mujahid itu Berawal Dari Remaja…
Abdurrahman bin Auf didatangi dua orang remaja dari kaum anshar,
yaitu Muaz bin Amr Al-jamuh berumur 14 tahun dan Muawwiz bin Afra berumur 13
tahun. Kedua duanya bersenjatakan pedang. Tentara Quraisy seolah olah
tidak menghiraukan kehadiran dua remaja itu karena menganggap kedua
duanya tidak berbahaya. Mereka lebih memilih Abdurrahman bin Auf agar
ditawan hidup hidup untuk dijadikan tebusan karena dia terkenal sebagai
saudagar yang kaya.
Dalam kondisi kerusuhan pertempuran, Abdurrahman bin Auf berteriak ,”
Wahai anak, kamu masih terlalu muda untuk terlibat di peperangan ini,
sebaiknya engkau menjauhlah dari tempat ini.”
“Kami mendapat izin daripada ibu dan ayah kami bagi menyertai pasukan Muhammad,” teriak Muaz.
“Saya datang kesini hanya untuk membunuh Abu Jahal. Tunjukkan dimana dia?” Kata Muawwiz dengan penuh semangat.
Pada mulanya Abdurrahman bin Auf tidak menghiraukan kata kata dua
remaja itu, tetapi Muaz dan Muawwiz terus mendesaknya supaya menunjukkan
dimana Abu Jahal maka akhirnya Abdurrahman terpaksa menyetujuinya.
“ Paman akan tunjukkan kepada kamu dimana Abu Jahal, boleh tahu apa
yang akan kamu lakukan apabila berjumpa dengannya? Tanya Abdurrahman bin
Auf pula.
“Ibu saya berpesan jangan pulang ke rumah selagi kepala Abu Jahal
tidak diceraikan dari badannya,” jawab Muaz bersungguh sungguh.
“Abu Jahal menghina serta menyakiti Rasulullah, saya ingin membunuhnya,” kata Muawwiz pula.
Abdurrahman bin Auf tersenyum mendengar kata kata dari dua orang
remaja yang berani itu. Dia berjanji akan menunjukkan Abu Jahal apabila
berjumpa. Tiba tiba seorang tentara quraisy menyerang Abdurrahman bin
auf dari belakang. Muaz dan Muawwiz yang melihat kejadian itu segera
bertindak melindunginya. Muaz dengan cepat menebas kaki tentara Quraisy
menyebabkan dia tersungkur dan Muawwaiz pula menikamnya hingga mati.
Melihat itu Abdurrahman bin Auf berasa kagum dengan kehidupan dua
remaja itu.
“Tunjukkan kepada kami di mana Abu Jahal,” kata Muaz seolah-olah
tidak sabar lagi hendak bertemu dengan ketua pasukan Quraisy itu.
Tiba tiba Abdurrahman bin Auf melihat Abu Jahal sedang berada dibawah
sepohon kayu yang rindang. Dia menunggang kuda sambil berteriak
memberi kata kata semangat kepada pasukannya agar terus berjuang.
Itulah lelaki yang kamu cari. Tetapi kamu haruslah berhati hati
karena dia juga seorang perwira Quraisy” kata Abdurrahman bin Auf
“terima kasih paman. Saya akan dapatkan dia sekarang,” ujar Muaz sambil berlari ke arah Abu Jahal.
“Saya akan membantunya membunuh lelaki yang memusuhi Allah dan RasulNya itu,” kata Muawwiz juga.
“Berhati hati karena dia dilindungi oleh pasukan Quraisy,” pesan
Abdurrahman bin Auf. Dia sendiri tidak dapat membantu karena sedang
berhadapan dengan tentara Quraisy yang menyerangnya.
Muaz dan Muawwiz terus berlari ke arah Abu Jahal yang masih berada di
atas kudanya, mereka berlari tanpa menghiraukan keselamatan mereka.
Ketika itu Abu Jahal tidak menyadari kedatangan dua remaja tersebut.
Muaz tiba lebih dahulu, dia tidak mencapai menebas kaki abu Jahal, maka
yang ia tebas adalah kaki kanan kuda yang dinaiki Abu Jahal, seketika
kuda tersebut jatuh tersungkur, Abu Jahal pun tersungkur. Dia marah
sekali sambil menahan sakitnya akibat jatuh dari kuda, Abu Jahal mencoba
bangun tetapi dengan cepat Muaz menebas kaki kanan Abu Jahal hingga
putus. Muawwiz yang menyusul memukul pula kepala Abu Jahal hingga dia
teramat sakit.
Ikramah anak Abu Jahal yang turut berada di situ segera menolong dan
melindungi bapaknya, dia menyerang balik Muaz dan menebas tangan kiri
remaja itu hingga hampir putus, Muaz terjerembab. Muaz berusaha lari dan
dibiarkan oleh ikrimah karena dia melihat Muawwiz hendak membunuh
bapaknya. Maka terjadi pertarungan seorang dewasa matang dalam
pertempuran yaitu Ikramah dengan Muawwiz yang masih berumur 13 tahun,
karena tidak seimbang akhirnya Muawwiz gugur sebagai syahid.
Muaz selepas berhasil menjauhi Ikramah yang mengejarnya, ia terus
berlari menuju Rasulullah, tapi pelariannya terganggu karena tangan
kirinya yang terkulai karena hampir putus. Muaz akhirnya berhenti lalu
mengambil keputusan untuk memutuskan tangannya yang terkulai itu lalu
berkata, “ wahai tangan, kamu mengganggu perjalananku untuk bertemu
Rasulullah.
Tanpa menghiraukan kesakitannya Muaz terus berlari hingga bertemu Rasulullah, kemudian Muaz memeluk Rasulullah.
“Wahai Rasulullah, saya dan Muawwiz berhasil membuat Abu Jahal
cedera, tetapi dia masih hidup karena kami di serang oleh anaknya
bernama Ikramah dan beberapa pasukan Quraisy.” Beritahu Muaz lalu
menunjukkan posisi mana Abu Jahal sedang berada.
Nabi Muhammad memanggil Abdullah Ibnu Mas’ud yang berada di situ
karena gilirannya mengawal Rasulullah , Beliau lalu menyuruh Ibnu Masud
mencari Abu Jahal berada.
“ Wahai Ibnu Masud, anak ini mengatakan dia telah membuat Abu Jahal terluka, pergilah dan lihatlah dia disana,” kata Rasulullah.
Abdullah ibnu Mas’ud segera pergi mencari Abu Jahal, didapatinya
pimpinan Quraisy itu terluka parah tetapi masih hidup. Tanpa rasa belas
kasihan Abdullah bin Mas’ud menekan leher Abu Jahal sambil berkata,”
Wahai musuh Allah dan musuh RasulNya, pada hari ini Allah
menghinakanmu.”
“Dengan apa Allah menghina aku? Apakah karena aku mati ditangan engkau? Tanya Abu Jahal yang masih menunjukkan kesombongannya.
Abdullah ibnu Mas’ud mengangkat pedang hendak memenggal kepala Abu
Jahal, tetapi Abu Jahal berujar,” sebelum engkau membunuh aku, beritahu
dahulu pihak mana yang memenangi pertempuran ini, milik siapakah
kemenangan hari ini?”
“Pasukan Quraisy kalah, kemenangan itu milik Allah dan Rasul-Nya,” Jawab Abdullah bin Mas’ud.
“Anda bohong wahai pengembala kambing !” kata Abu Jahal, dia masih menunjukkan angkuhnya walau situasi sedang kritis.
Tanpa ada sela waktu, pedang Abdullah bin Mas’ud menebas kepala Abu Jahal
Berita terbunuhnya Abu Jahal dengan cepat disampaikan kepada pasukan
Islam, mereka menjadi semakin membara dan semangat, tetapi dipihak lain
berita kematian itu meluluhkan semangat pasukan Quraisy….
Rasul mendengar berita kematian Abu Jahal dari Abdullah bin Mas’ud,
beliau mengatakan ,” Wallahi, Laa ilaha illaLLah , Laa ilaha illaLLah,
Laa ilaha illaLLah, Allahu Akbar, AlhamduliLLah , Dia yang memenuhi
janji-Nya dengan menolong hamba-Nya dan mengalahkan musuh-Nya.”
Begitulah kematian musuh Allah, secara fisik dan kemegahan saat itu
Abu Jahal termasuk manusia yang dihormati kaumnya, punya posis tinggi,
tapi Allah menghinakannya, dimulai dengan serangan dua orang remaja
dibawah umur, segala kekuatannya tumbang atas izin Allah, sebuah bukti
hanyalah dengan kekuatan iman dan jihad lah yang dapat mengalahkan
kekuatan kekuatan musrik dan musuh Islam dari dulu hingga sekarang…
Ya Allah kuatkanlah Islam dengan generasi yang Engkau ridhoi, dan
munculkanlah kekuatan Islam dari munculnya pemuda pemuda muslim belia
seperti Muaz bin Amr Al-jamuh dan Muawwiz bin Afra…
Subscribe to:
Posts (Atom)