Sunday, June 28, 2015

Resume Aliran Modern Dalam Islam

HAKIKAT
KEBANGKITAN ISLAM (TAJDID)

PEMBAHARUAN DAN KEBANGKITAN

·         Orang pada umumnya tidak dapat membedakan antara pembaharuan (innovation) dan kebangkitan (revival).
·         Secara sederhana menganggap seorang ‘inovator’ sebagai mujaddid. Nampaknya pada diri mereka sudah tertanam kesan bahwa setiap orang yang menemukan suatu cara hidup baru dan mampu menampilkannya ke permukaan, adalah mujaddid.
·         Terutama mereka yang memang pantas mendapat gelar kehormatan sebagai mujaddid, karena telah berusaha menyelamatkan serta melindungi kepentingan duniawi suatu masyarakat muslim yang mengalami kemunduran pada jamannya. Menggabungkan antara yang islam dan non-islam dengan jalan kompromi bersama para penguasa sekuler pada masanya.
·         Orang-orang semacam ini barangkali layak disebut pembaharu tetapi bukan mujaddid. Karya mereka lebih dekat pada inovasi daripada kebangkitan.
·         Mujaddid adalah orang yang paling non-kompromis terhadap golongan di luar islam. Paling tidak bertoleransi terhadap adanya warna, setipis apapun, dari luar islam di dalam tubuh islam.

KRITERIA SEORANG MUJADDID
Seorang mujaddid bukanlah seorang Rasul, tetapi paling tidak jiwanya mendekati kerasulan.
Ia memenuhi kriteria berpikiran kritis, berpandangan jauh ke muka, adil, tak memihak, berkemampuan khusus untuk melihat jalan lurus yang nyata bagi semua golongan ekstrim serta memelihara keseimbangannya, mampu berpikir bebas dari segala pertentangan antara golongan muda dan golongan tua serta prasangka-prasangka social lainnya, berani menentang kedhaliman pada masanya, berbakat sebagai pemimpin dan pembimbing, dan berkemampuan lebih untuk melakukan ijtihad.
Serta menghasilkan karya-karya rekonstruksi. Selain harus memenuhi segala persyaratan tadi, ia pun harus mengenal islam secara mendalam dan menyeluruh. Seorang Muslim sempurna, baik dalam pemikiran maupun dalam sikap, harus bermata jeli dalam menggaris batas antara yang islam dan non islam secara terperinci. Mampu memisahkan kebenaran dari Lumpur kepalsuan yang sudah lama melembaga. Tanpa memiliki Kriteria-kriteria tersebut, jangan harap kita dapat menjadi seorang mujaddid, lagi pula kriteria-kriteria ini merupakan cirri utama seorang rasul yang membedakannya dari orang-orang islam lainnya.

MUJADDID DAN RASUL
Perbedaan mendasar antara seorang mujaddid dan seorang rasul adalah , rasul dipilih untukk mengemban misinya oleh Allah; ia menyadari sepenuhnya akan tugasnya dan ia pun menerima wahyu. Tugas pengemban misinya dimulai dengan pengakuannya sebagai Nabi atau Rasul; diserunya umat untuk mengikutinya; dan diterima atau ditolaknya seruan tersebut menunjukkan apakah umat tersebut beriman atau sebaliknya. Akan halnya seorang mujaddid tidak memegang kedudukan-kedudukan tersebut. Ia tidak dipilih oleh Allah tetapi menjadi mujaddid hanya karena kebetulan. Pada umumnya ia sendiri tidak sadar bahwa dirinya seorang mujaddid, tetapi masyarakat menilainya sebagai mujaddid setelah ia wafat. Ia tidak menerima wahyu Ilahi, tetapi kalaupun menerima ia tidak menyadarinya. Ia tidak memulai tugasnya dengan suatu pengakuan, ataupun diberi pengakuan tetapi masyarakat berkewajiban untuk mempercayai dirinya. Begitu ia mulai melaksanakan tugasnya, semua orang yang berperilaku baik pada jamannya, sedikit demi sedikit mendekatinya, dan mereka yang tetap menjarak darinya dengan sendirinya akan tersesat.
Dengan segala keterbatasan serta perbedaannya itu, seorang mujaddid secara utuh harus melaksanakan dan menampilkan karya-karya besar yang setara dengan seorang rasul.

ASPEK-ASPEK KEBANGKITAN ISLAM
TAJDID
v  Berbagai aspek yang diprogramkan bagi suatu kebangkitan islam (Tajdid) :
1)      Diagnosa penyakit-penyakit jaman. Penelaahan lingkungan dan kondisi secara teliti dan memastikan secara tepat di mana, bagaimana dan sampai sejauh mana ‘kejahilan’ telah merajalela, apa dan dimana akarnya. Dan bagaimana kedudukan islam pada saat itu.
2)      Rencana pembaharuan ; mengambil keputusan yang pasti dimana harus dilakukan serangan untuk melumpuhkan kekuatan non islam dan memungkinkan islam menguasai seluruh kehidupan.
3)      Perkiraan keterbatasan-keterbatasan dan sumber-sumber daya yang ada ; mempertimbangkan dan memperkirakan kekuatan yang ada pada seseorang serta menentukan garis langkah pembaharuan.
4)      Revolusi intelektual ; membentuk ide, iman, dan pandangan moral masyarakat ke dalam bentuk yang islamis. Memperbaharui system pendidikan dan menghidupkan kembali ilmu-ilmu pengetahuan dan sikap-sikap islamis secara umum.
5)      Pembaharuan dalam praktek ; memberantas semua kebiasaan buruk, mensucikan moral, mewariskan semangat melaksanakan Syari’ah dan mempersiapkan orang-orang yang mampu melaksanakan kepemimpinan islam.
6)      Ijtihad : memahami asas-asas yang mendasar dalam agama, menilai kebudayaan yang dianut saat itu serta perlbagai kecenderungan dari sudut pandang islam. Lalu menentukan perubahan-perubahan yang ingin dihasilkan sesuai dengan pola-pola.
7)      Pertahanan Islam : mengimbangi kekuatan-kekuatan politik yang menekan dan menghancurkan islam. Mematahkan kekuasaan mereka agar islam menjadi suatu kekuatan yang hidup.
8)      Menghidupkan kembali system islam : merebut kekuasaan atau wewenang dari tangan-tangan di luar islam dam secara praktis mendirikan kembali pemerintahan berdasarkan system yang telahdisebut sebagai “Kekhalifahan , faham yang mengikuti pola kerasulan.
9)      Revolusi semesta : tidak merasa puas dengan mendirikan sistim pemerintahan islam pada sebuah atau beberapa Negara yang berpenduduk muslim. Untuk menyebar luaskan Risalah islam yang bersifat reformatif dan revolusioner kepada seluruh umat manusia secara besar-besaran.

Ketiga butir pertama merupakan program yang perlu dilaksanakan oleh siapasaja yang hendak melaksanakan kebangkitan islam. Seandainya seseorang hanya mampu menampilkan suatu karya khusus dalam salah satu atau dua butir saja, cukuplah kiranya untuk disebut seorang mujaddid. Akan tetapi mujaddid seperti ini, hanyalah seorang mujaddid parsial, bukan ideal. Seorang mujaddid ideal, tidak lain hanyalah seseorang yang telah memenuhi semua sasaran terperinci di atas untuk membuktikan bahwa dirinya adalah pewaris darah Rasul.

MUJADDID IDEAL
Sejarah telah membuktikan bahwa mujaddid idaman memang harus lahir. Khalifah Umar bin Abdul Aziz mungkin bisa mencapai kedudukan mulia ini, tetapi ia tak sempat mencapainya. Tak ada seorang pun yang secara luar biasa berhasil meraih Mujaddid yang ideal. Tetapi akal sehat, panggilan alam serta berbagai kecenderungan di dunia, memohon agar “pemimpin” seperti itu harus lahir, orang tersebut adalah Imam Al-Mahdi yang kedatangannya jelas-jelas diramalkan oleh Nabi Muhammad SAW, dalam hadits-haditsnya.

IMAM MAHDI
Kaum Muslimin yang tak percaya datangnya Imam mahdi, tidak jauh berbeda kekeliruan konsepsinya dengan para “innovator” yang sama sekali tak percaya akan peristiwa semacam ini. Orang yang akan datang itu termasuk seorang pemimpin yang sangat modern pada jamannya, menguasai wawasan yang sangat luar biasa mendalam tentang semua cabang pengetahuan yang ada. Serta semua masalah hidup  yang utama.
“Mahdiisme” bukanlah sesuatu yang perlu dicapai. Mereka yang membuat pengakuan seperti itu serta mereka yang siap menerimanya, sesungguhnya menelanjangi sendiri kebodohannya dan kemiskinan moralnya. Imam Mahdi seperti layaknya seorang pemimpin revolusioner, harus berjuang keras serta menghalau segala rintangan yang menghalangi gerakannya. Ia akan mendirikan suatu madzhab pemikiran baru berdasarkan islam yang hakiki, merubah sikap mental masyarakat, dan memulai suatu gerakan dahsyat dalam lapangan kebudayaan serta politik. Kejahilan akan mengerahkan segenap tenaga untuk melumatnya habis. Tetapi pada akhirnya, ia berhasil membuatnya lari tunggang langgang dan mendirikan sebuah Negara islam yang tangguh. Di satu sisi Negara ini akan membangun dan memperkuat semangat islam dalam segala urusan.


BAB II
BEBERAPA MUJADDID TERKENAL

UMAR BIN ABDUL AZIZ
Ø  Mujaddid islam yang pertama, ia dilahirkan dari keluarga bangsawan, ketika usianya menjelang dewasa ayahnya mendapat kehormatan menjadi gubernur di provinsi utama mesir.
Ø  Dan ketika usianya cukup, ia sendiri diangkat sebagai Gubernur pada masa pemerintahan dinasti Umayyah.
Ø  Ibunya adalah cucu Umar Bin Khattab, lahir hampir lima puluh tahun sesudah kemangkatan Rasulullah SAW.
Ø  Pada saat itu masih banyak tabi’in yang masih hidup. Mula-mula ia mempelajari ilmu Hadits serta ilmu Fiqih, dan tidak lama kemudian dikenal sebagai seorang ahli dalam kedua ilmu tersebut.
Ø  Saat usianya 37 tahun, secara kebetulan ia diangkat menjadi khalifah.
Ø  Ia Menumbuhkan kesadaran akan beban tanggung jawab yang amat berat dipundaknya. Peristiwa ini secara mendadak telah merubah dirinya. Kemudian dipilihnya jalan islam untuk memerangi “kejahilan” dengan ringan dan pasti, seolah-olah segala sesuatunya telah lama ia renungkan dan rencanakan.
Ø  Setelah itu perhatiannya beralih kepada perbedaan-perbedaan serta hak-hak istimewa yang dinikmati para keluarga istana dan menurunkan status mereka menjadi sama dengan umat islam lainnya. Ia merombak system pemerintahan, digesernya para gubernur yang korup dan dicarinya orang-orang yang jujur sebagai pengganti mereka.

Para pejabat yang menyalahgunakan kekuasaan ditegurnya, serta mengajak mereka untuk menegakkan keadilan. Ia telah menjamin tegaknya landasan hukum. Diubahnya seluruh kebijakan pajak dan menghapuskan semua pungutan pajak liar. Diatur kembali dan diperbaharuinya system pengumpulan zakat dan dibukanya kantor Bendahara Negara yang melayani masyarakat umum. Demikianlah jalan dihidupkannya kembali system pemerintahan islam pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz.
Berkat wewenang politiknya ia mulai mencuci bersih kehidupan intelektual, moral dan social masyarakat dari pengaruh-pengaruh buruk yang telah menyebarluas selama pemerintahan yang tidak islamis dalam kurun waktu kurang lebih setengah abad. Dan diajaknya para cendikiawan untuk mencurahkan perhatian pada ilmu Qur’an, hadits, dan ilmu fiqih, sehingga dengan demikian ia berhasil mewariskan suatu gerakan intelektual yang tangguh, menghasilkan orang-orang besar seperti Malik, Syafi’i dan Ahmad bin Hambal.
Mujaddid islam yang pertama ini bekerja keras selama dua setengah tahun. Dalam jangka waktu sesingkat itu ia telah mampu merubah secara cepat semua aspek kehidupan yang tumpang tindih tak beraturan. Tetapi sayang, Bani Umayyah menggulingkan kembali orang salih ini. Mereka melakukan maker dengan jalan meracuni Khalifah hingga ia syahid pada usia muda 39 tahun. Memang belum sempurna benar karya kebangkitan yang dipeloporinya, namun itu hanya pada satu segi saja, yakni : ia belum sempat merubah kesultanan (monarki). Menjadi Kekhalifahan yang demokratis.

EMPAT ORANG IMAM
Para mujaddid yang lahir pada masa tersebut adalah rmpat orang imam termasyhur yang terkenal sebagai empat orang pendiri Empat madzhab hokum islam (Fiqih). Walaupun pada saat itu terdapat banyak Mujtahid lain selain mereka, namun ada beberapa alasan tertentu yang menempatkan keempat mujtahid tersebut di atas yang lain dan memberi gelar kehormatan kepada mereka sebagai para mujaddid islam.
v  Alasan-alasan tersebut adalah :
1)      para Imam tersebut dengan kearifan pandangannya yang dalam serta daya intelektual yang luar biasa, telah mendirikan mazhab-mazhab pemikiran agama yang begitu tangguh.
2)      keempat-empatnya melakukan semua itu secara independent, terbebas dari bantuan pemerintahan dalam bentuk apapun. Malahan dalam berbagai kesempatan mereka acapkali menampik segala bentuk campur tangan resmi dengan maksud agar mereka dapat bekerja sama dengan aman.
Imam hambali berulang kali disiksa tubuhnya semasa pemerintahan Al Ma’mun, mutasim, dan Wathiq, dan dicambuk dengan cara yang terlalu keras bagai seekor unta atau gajah. Alhamdulillah setelah Mutawakkil naik tahta, keadaanya menjadi berbalik, Imam Hambali dijunjung tinggi dan dianugerahi berbagai macam hadiah kehormatan dari raja, sehingga ia mengeluh : “Hadiah itu bagiku lebih menyiksa daripada cambuk ataupun penjara.”
Walaupun mengalami berbagai kesukaran, orang-orang mulia tersebut tak pernah sekalipun membiarkan pengaruh raja menghalangi atau merusak karya-karya mereka untuk menghirapun dan meneliti ilmu-ilmu islam. Mereka telah berhasil menerapkan suatu pola dasar melalui keteladanan diri.

IMAM GHAZALI
Setelah Umar bin Abdul Aziz wafat, tampuk pemerintahan jatuh ke tangan orang-orang “jahiliyah” untuk selamanya dan kekuasaan atau wewenang politik pada akhirnya berpindah ke tangan Raja-raja Turki melalui Bani Umayyah dan Bani Abbas.
Kelemahan lagi dalam tubuh kaum Muslim akibat dekadensi pemerintahan Bani Abbas ini. Para penguasa menggantikan para khalifah bani Abbas terdahulu, semakin lama semakin tidak memperdulikan lagi kesenian dan ilmu pengetahuan islam. Sedemikian parahnya sehingga mereka tak mampu lagi memilih dan menunjuk orang-orang yang mampu untuk duduk lembaga-lembaga hukum. Sejalan waktu yang terus mengalir, kecenderungan ini, karena mendapat rangsangan dari kekuasaan istana, menyebarluaskan begitu pesatnya sehingga menghasilkan cukup banyak sekte baru di berbagai Negara islam, memperuncing perbedaan pendapat, dan menyebabkan benturan-benturan tajam yang saling mencelakakan antarsesama Muslim.


v  Berikut ini secara singkat dapat digambarkan kondisi umum yang terdapat pada abad ke V (lima ):
1.      Penyebarluasan filsafat Yunani telah menggoyahkan dasar-dasr keimanan agama pada masyarakat.
2.      Karena adanya pengaruh yang dihembuskan oleh para penguasa yang “jahil” dan karena kurangnya sarana untuk menyebarkan ilmu-ilmu agama, maka mengeringlah sumber mata air Ijtihad, dan terpaksa dilakukan penyesuaian yang kaku.
3.      Kemerosotan moral secara umum telah terjadi dari timur sampai ke Barat, di semua Negara islam pada semua lapisan masyarakat.
4.      hidup mewah yang dicontohkan oleh segelintir penguasa serta peperangan yang mereka timbulkan untuk mendapatkan kekayaan dan kesenangan, telah menimbulkan kemunduran ekonomi yang mengerikan bagi rakyat kecil.

Itulah tadi kondisi umum yang terdapat di pertengahan abad ke lima Hijriyah, tatkala Imam Ghazali lahir ke dunia (lahir :450 H / 1058 M ; Wafat : 505 H/1111 M ). Pada masa kecilnya ia menerima pendidikan yang sama dengan yang dianggap bermanfaat dan menguntungkan dari segi keduniaan. Dan ia menguasai secara sempurna berbagai cabang ilmu pengetahuan yang sangat dibutuhkan. Lalu ia menjadi orang terkenal dan menduduki posisi yang diidamkan oleh para ulama saat itu. Ia terpilih menjadi rektor pada Universitas Nizamiah di Baghdad.
Imam ghazali mendapat kedudukan yang begitu terhormat pada saat ia secara tiba-tiba merubah haluan hidupnya. Kesan terhadap perubahan ini sangat melekat di dalam pikirannya, ketika ia memandang kehidupan intelektual, moral, agama, politik, dan kebudayaan pada zamannya. Dihabiskannya waktu cukup lama dengan menyiksa diri dan beribadah dengan harapan dapat mensucikan jiwanya. Semua kegiatannya ini ia jalani dalam waktu sepuluh tahun. Dan kepulangannya pada usia 28 tahun, ia telah menjadi manusia yang berubah 180 derajat dari sebelumnya.
Berikut ini gambaran singkat tentang karya kebangkitan yang telah dilaksanakan oleh imam ghazali :
1)      Mempelajari pemikiran Yunani dengan ketajaman berpikir yang luar biasa.
2)      Memperbaiki kesalahan-kesalahan orang-orang yang karena terlalu berantusias lalu menghantam para filosof dan kaum skolastik tanpa dilengkapi dengan senjata rasionalisme.
3)      Mengajukan bukti-bukti bahwa penafsiran-penafsiran rasional tentang keyakinan islam yang mendasar itu keabsahannya tidak perlu dipertanyakan berdasarkan asas-asas rasionalistis dalam beberapa abad berikutnya.
4)      Menguji semua sekte atau aliran agama yang hidup pada zamannya dan dengan cermat membuat garis pemisah antara yang islam dan non islam, menetapkan batas-batas diperbolehkannya kebebasan membuat penafsiran, dan menunjukkan batas-batas pelanggaran yang termasuk bid’ah.
5)      Menghidupkan kembali pemahaman terhadap ajaran islam, menyesalkan keimanan yang membabi buta, menentang kepatuhan yang kaku, dan mengarahkan perhatian masyarakat kepada sumber-sumber petunjuk yang benar yaitu kitab Allah dan Sunnah Rasul. Ia mengobarkan kembali api semangat Ijtihad, dan mengkritik semua aliran dalam hal kelemahan-kelemahan mereka serta kecenderungan-kecenderungan mereka yang tidak islamis, dan mengajak mereka untuk melakukan pembaharuan.
6)      ia mengkritik system pendidikan yang sudah tak tentu bentuk wujudnya dan menawarkan system baru sebagai penggantinya. System yang sudah ada mengandung dua kelemahan utama, yaitu :
a)      Sistem tersebut memisahkan ilmu-ilmu duniawi dari ilmu-ilmu islam, yang tak dapat diletakkan berakibat pada pemisahan antara urusan-urusan agama suatu kecenderungan yang tak sehat dilihat dari pandangan hidup islam
b)      Hal-hal tertentu yang tidak termasuk Syari’ah dimasukkan ke dalam kurikulum, seakan-akan merupakan bagian dari Syari’ah.
7)      Mengadakan penelaahan yang mendalam terhdaap kondisi moral masyarakat. Karya besar Ghazali yang berjudul Ihya Ulumuddin merupakan hasil pengalaman dan pengamatan Ghazali tersebut.
8)      Ghazali mengkritik system pemerintahan yang berlaku, mendesak secara langsung para pejabatnya untuk melakukan pembaharuan dan menanamkan kepada rakyat banyak agar jangan mau ditakut takuti, harus berani membela diri dan mengkritik penindasan.

Menurut Ibnu Khaldun, Ghazali gemar sekali memperhatikan cara kerja pemerintah berdasarkan prinsip-prinsip Islam di manapun di dunia ini. Jika dinilai dari kacamata intelektual, karya kebangkitan yang diciptakan oleh Imam Ghazali, secara umum memiliki tiga kelemahan sebagai berikut :
1.      Kelemahan di bidang ilmu Hadits
2.      Pengaruh dominant dari ilmu-ilmu kaum rasionalis yang bersemayam di dalam benaknya, dan
3.      Ia terlalu condong ke arah tasawauf.

o   Satu-satunya orang yang benar-benar melanjutkan karya Imam Ghazali dan berhasil menghindari kelemahan-kelemahan itu, adalah Imam Ibnu Taimiyyah.
o   Ia berhasil membangkitkan kembali api semangat islam secara moral maupun intelektual, dan membersihkan system islam dari segala inovasi dan ketidaksucian.



IMAM IBNU TAIMIYYAH
Imam Ibnu Taimiyyah lahir pada paruh kedua abad ketujuh Hijriyyah (lahir:661 H/1262 M ; dan wafat :728 H/1327 M), kira-kira 150 tahun setelah wafatnya Imam Ghazali. Ibnu Taimiyyah memiliki pengetahuan mendalam mengenai Al-Qur’an. Menurut Hafiz Zahbi, “Allah menganugerahi Ibnu Taimiyyah dengan kemampuan menjelaskan dan menafsirkan Al-Qur’an dengan benar.
v  Karya-karya kebangkitan yang dihasilkan oleh Ibnu Taimiyyah dapat diringkas sebagai berikut :
1.      Dengan kritiknya yang lebih keras dan pedas daripada Imam Ghazali, ia telah menundukkan Logika dan Filsafat Yunani, menelanjangi segala kekeliruan dan kelemahannya sehingga pudarlah kewajibannya dalam aliran rasionalistik hamper untuk selamanya.
2.      Ia mengemukakan argumentasi-argumentasi yang kuat dalam menyokong keyakinan dan perintah agama, lebih rasional dan lebih sesuai dengan jiwa islam daripada yang disampaikan oleh Imam Ghazali. Ibnu Taimiyyah memilih cara logika sederhana dalam menafsirkan dan menjelaskan rahasia-rahasia islam, yang tentu saja lebih wajar, lebih efektif, dan lebih dekat dengan isi kandungan Qur’an dan Sunnah.
3.      Ia tidak hanya menggembar-gemborkan ketidaksetujuannya terhadap kepatuhan yang kaku (Taqlid) tetapi juga telah berhasil melakukan Ijtihad sesuai dengan cara-cara yang pernah dilakukan oleh para doktor agama pada masa sebelumnya.
4.      Ibnu Taimiyyah secara tegas menentang inovasi dalam agama, adat istiadat politheistik, penyelewengan- penyelewengan moral dan social.

Selain dari karya kebangkitan ini Ibnu Taimiyyah pun  turut mengangkat pedang melawan perusakan dan kebiadaban bangsa Tar-tar. Ia dengan santer menghimbau rasa kemanusiaan kaum muslimin dari rakyat biasa sampai penguasa di mesir dan Siria yang belum terkena bencana tersebut.




SYEIKH AHMAD DARI SIRHIND
Banjir serangan bangsa tartar telah membinasakan dan memporak porandakan seluruh dunia Muslim pada abad ketujuh Hijriyah, kecuali anak-benua indo-Pakistan. Segala ketimpang dan tanda-tanda kerusakan yang terdapat di Khurasan dan irak dijumpai juga disini ; anggapan terhadap hak-hak kedaulatan dan absolutnya para raja, hidup santai dan bersenang-senang dari para penghuni istana, penimbunan harta kekayaan dengan cara-cara tak halal dan membelanjakannya dengan cara-cara tak bertanggung jawab, penguasa yang lalim dan main paksa, tidak ingat pada Tuhan dan meninggalkan jalan yang benar, dan sebagainya.
Kebijakan pemerintah di bidang pendidikan pun benar-benar menyimpang dari jiwa islam. Pengajaran bahasa arab, dan hukum islam serta Ilmu hadits kurang disukai, dan mereka yang menguasai ilmu-ilmu tersebut dianggap rendah dan terbelakang. Namun sebalinya, pemerintah lebih menyukai Filsafat, Matematika, Sejarah, dan Pelajaran-pelajaran lain yang benar-benar murni duniawi.
Kini para pemuja agama itu menyebarkan suatu penyakit baru di kalangan rakyat kecil. Mereka menggabungkan neo-Platonisme, Stotisisme, Mani-isme, dan Vendataisme untuk menghasilkan suatu ramuan mistikisme filosofis aneh yang hampir tidak bisa diterapkan pada system moral dan keyakinan islam. Akibatnya, batas-batas yang ditentukan oleh islam bagi yang halal dan yang haram tidak dapat ditaati, perintah-perintah agama secara praktis diselewengkan, dan perbuatan-perbuatan serta keinginan-keinginan perseorangan dilepasbebaskan dalam masalah-masalah kehidupan. Para pemimpin lain yang lebih murni dalam kekuatan mistik pun tak terkecuali, karena mereka berada dibawah pengaruh aliran mistik yang salah satu penafsirannya yaitu, Panteisme, telah membuat mereka lemah tak berdaya menghadapi kehidupan dan kenyataan.
Demikianlah keadaanya ketika Hazrat Syeikh Ahmad lahir di Sirhind pada awal masa pemerintahan Raja Akbar. Ia lahir tahun 975 H atau 1563 M, dan wafat tahun 1034 H atau 1 624 M. Ia diasuh dan dibesarkan di tengah-tengah orang-orang yang paling mengerti agama pada zamannya, yang walaupun tak berdaya melawan kecenderungan-kecenderungan buruk disekelilingnya tetapi tetap patuh, taat, dan jujur dalam perbuatannya.
Aurangzeb Alamgir lahir empat tahun setelah Syeikh Ahmad wafat. Hanya karena pengaruh positif dari Syeikh-lah yang membuat pangeran dari keluarga Taimur ini mendapatkan gemblengan intelektual dan moral, yang memungkinkan buyut dari raja Akbar, si perusak Syariah, ini melindungi Iman.
Syeikh Ahmad tidak hanya berhasil menyelamatkan pemerintahan menyelamatkan pemerintahan Muslim di India dari bahaya kehancuran total di tangan kaum “Jahiliyah” dan mengakhirinya dengan suatu gerakan yang barangkali secara keseluruhan tidak cocok bagi islam jika itu terjadi pada awal abad ke tujuh belas di anak-benua India ini, tetapi juga dua macam prest asi lainnya yang luar biasa cukup menunjukkan kebolehannya.
a.      Pertama, ia berhasil membersihkan Tasawuf yang lazimnya berdasarkan ketidakmurnian pemikiran filsafat dan perbuatan-perbuatan kebiaraan, untuk kemudian menggantikannya dengan Tasawwuf Islam yang murni.
b.      Kedua, ia berhasil membasmi sampai ke akar-akarnya adapt-kebiasaan dan perbuatan anti Tuhan yang berlaku di tengah-tengah masyarakat banyak, lalu mempelopori suatu gerakan dahsyat dengan melaksanakan Syari’ah  menurut petunjuk rokhaniah.
Gerakan ini cukup ampuh untuk melahirkan ribuan pejuang yang terlatih baik. Para pejuang yang tidak hanya berjuang di seluruh pelosok India tetapi juga di seluruh Asia Tengah guna melakukan reformasi moral dan keyakinan masyarakat. Justru karena prestasi-prestasi yang menakjubkan inilah maka Haazrat Syeikh Ahmad dari Sirhind lama dikenal sebagai seorang Mujaddid  Islam

SYAH WALIULLAH DARI DELHI
Syah Waliullah, 1114 H (1703M) – 1776 H (1763M), lahir setelah mangkatnya Mujaddid Alfi Tsani (Hazrat Syaikh Ahmad) dan empat tahun sebelum mangkatnya kaisar Aurangzeb Alamgir, di pinggiran kota Delhi. Orang akan terkesiap oleh prestasi yang telah dicapai memerangi suasana kejahilan. Dan akan terheran-heran, betapa mungkin di tengah-tengah abad seperti ini lahir seorang tokoh yang memiliki wawasan luas serta daya intelektual begitu tinggi.
Ø  Syah waliullah pantas berada dalam deretan para pemimpin terkemuka dalam sejarah kemanusiaan.
Ø  Tugas utama yang diemban para pemimpin ini tampaknya adalah, bahwa dengan menggunakan sarana kemampuan kritis serta ketajaman analisis, mereka berikhtiar menjernihkan kebenaran yang selama berabad-abad telah menyesatkan.
Ø  Dalam karyanya yang berjudul Tafhimati Ilahiyyah, Syah Waliullah telah menunjukkan bahwa bila keadaan menghendaki, ia akan tampil mengangkat senjata.
Ø  Berusaha sekuat tenaga untuk memperbaiki keadaan. Tetapi dalam prakteknya ia tidak berbuat sedemikian. Segala kemampuannya serta pemahamannya yang mendalam tampaknya telah ia curahkan untuk melakukan kritik dan pembangunan kembali pemikiran agama.
Ø  Karya Pembaharuan Syah ini dapat dipisahkan dalam dua kelompok, yaitu pertama kritik dan penelitian ; dan kedua, pembangunan kembali. Berikut ini akan diuraikan keduanya satu persatu.

KARYA KRITIK DAN PENELITIAN
Æ  Syah merupakan seorang ulama pertama yang benar-benar mengerti dan memahami perbedaan antara sejarah kaum Muslimin.
Æ  Ia telah mempelajari sejarah kaum muslimin dari sudut sejarah Islam dan berikhtiar memetakan secara tepat kondisi islam di antara para pemeluknya dalam kurun waktu berbeda.
Æ  Secara gamblang Syah dalam buku-bukunya telah menunjukkan perbedaan tersebut, terutama dalam buku yang berjudul Izzatul Khifa dalam Bagian IV. Disana perbedaan tersebut diuraikan secara panjang lebar.
Æ  Karyanya ini memiliki keistimewaan, di samping pemaparannya tentang sifat-sifat tertentu dari berbagai zaman berikut dengan segala ketimpangannya, ia pun secara gambalang membahas perihal kenabian Rasulullah SAW., yang berisi sindiran terhadap keadaan pada zaman-zaman tersebut.
v  Dengan pandangan kritis Syah menyingkap berbagai macam kejahatan dan mencoba menelusuri akar penyebabnya. Dan akhirnya, hasil dan pelacakannya ini tunjukkan dalam dua hal berikuti ini :
a)      Pemindahan kekuasaan politik dari kekhalifahan kepada kerajaan.
b)      Memudarnya semangat Ijtihad dan merajalelanya akibat ketaatan yang membuta (Taqlid) di dalam pikiran.

Sumber pertama dari kedua sumber di atas telah dikupas dalam lembaran-lembaran Izalah. Perbedaan antara ajaran dan konsep kekhalifahan dengan ajaran dan konsep kerajaan atau kesultanan telah dijelaskan dan diilustrasikan lewat tradisi-tradisi dengan cara yang belum begitu dikenal dalam sastra Islam lama.
Kemudian syah menyatakan : “Pemerintahan demokrasi seperti ini sama saja dengan kaum Majusi, hanya bedanya rakyat melaksanakan sholat dan mengucap dua kalimat syahadat. Adapun mengenai masalah taqlid, sumber kejahatan kedua Syah Waliullah meratap dalam Izalah, Baduri, Bazighah, Tafhimati, ilahiyyah, Musawwa, Musaffa  dan dalam hampir semua karyanya.
Dalam Izalah ia menyebutkan : “Hingga tamatnya riwayat kerajaan Siria (masa pemerintahan Bani Umayyah) tak ada orang yang menyebut dirinya penganut mazhab Hanafi dan Syafii.
Di dalam Musaffa, Syah Waliullah menulis : “Orang –orang bodoh pada zaman kita telah lari dari ijtihad. Tak tahu kemana harus melangkah.  Pekerjaan mereka sudah menyimpang sama sekali.
Di dalam Tafhimat dikatakan dikatakannya : “Sang guru (yaitu tak lain Syah Sendiri) lahir kedunia  ketika tiga hal telah dicampur-adukan di dalam tubuh masyarakat, yaitu :
1.      Cara berpikir yang menyesatkan, ini disebabkan oleh masuknya ilmu pengetahuan Yunani.
2.      Peribadatan instuisi ; yang disebabkan oleh semakin populernya aliran Sufi yang telah memperbudak manusia di Timur maupun Barat.
3.      Ketaatan kepada Allah, dengan kenyataan bahwa masyarakat tersebut beragama islam.
Penyakit lain adalah bahwa, setiap orang hanya mengikuti kemauannya sendiri, dan terus mengikutinya tanpa mengenal batas. Tak pernah mawas diri. Setiap orang melakukan penafsiran seenaknya terhadap rahasia dan makna perintah Allah.

KARYA REKONSTRUKSI
Karya penting perdana yang dihasilkan oleh Syah Waliullah dalam hal ini adalah, ajuan pandangannya yang seimbang dan moderat dalam Ilmu Fiqih. Terbebas dari semua hal ekstrim dan tidak menunjukkan keberpihakan atau tentangan terhadap mazhab manapun. Ditelaahnya semua prinsip dan metoda pengambilan kesimpulan yang dirancang dan dianut oleh masing-masing mazhab pemikiran hukum.
“Aku yakin bahwa mazhab-mazhab yang didirikan oleh imam Abu Hanifah dan Imam Syafi’I paling banyak dikenal dan paling banyak penganutnya di kalangan Ummah. Sebagian besar dari karya-karya kedua tokoh tersebut pun dari masa ke masa telah mereka  himpun. Sebagian besar ahli hokum. Ulama ahli Hadits, komentar, Kyai dan sufi telah menjadi pengikut mazhab Syafi’i. Sedangkan pemerintah dan rakyat awam banyak yang telah menjadi pengikut mazhab Hanafi. Saat ini kebenaran yang nampaknya bisa cocok dengan pengetahuan Ukhrawi adalah kebenaran yang merupakan penggabungan dari kedua mazhab tersebut menjadi satu mazhab.
Untuk itu penafsiran-penafsiran dari kedua mazhab tersebut harus ditinjau dan disaring kembali. Jangan sampai bertentangan dengan sunah Rasul. Kesesuaian apa pun yang di dapat haruslah dipertahankan dan apa pun yang tampak tidak mempunyai dasar hukum harus dibuang jauh-jauh. Bila setelah ditinjau dan di kritik ternyata masih utuh tidak berubah. Maka apa pun hasilnya harus dijadikan pegangan.
Dalam Isaf pandangan Syah Waliullah ini diterangkan secara lebih terperinci : metoda penggabungan antara kedua kelompok untuk mendapatkan hasil yang sehat dan selaras.
Keuntungan besar dari pendekatan moderat serupa itu adalah, di satu pihak dengan metoda tersebut berakhirlah segala prasangka, pikiran picik, kompromi kaku, pembicaraan yang tak berkembang dan selisih pendapat. Di lain pihak, terbukalah cara-cara baru untuk mengadakan penelitian dan Ijtihad dengan wawasan luas.
Dalam setiap jaman Ijtihad hukumnya wajib (bagi para ulama). Yang aku maksud dengan Ijtihad  adalah pemahaman penuh terhadap nilai-nilai Syariah (Ahkam) berdasarkan asas-asas Islam. Syah Waliullah tidak sekedar menekankan pentingnya Ijtihad, tetapi juga meletakkan asas-asas, prinsip-prinsip dan syarat-syarat yang diperlukan untuk melaksanakannya. Hal ini tampak dalam Izalah, Hujjah, Aqdul-jid, Insaf, baduri Bazighah, Musaffa, dan sebagainya yang disinggung dan diuraikan secara panjang lebar.
Syah telah menciptakan suatu system filsafat social berdasarkan system moral yang sejalan dengan masalah hidup keseharian. Dalam kaitan ini ia telah membahas secara tuntas semua masalah, seperti organisasi, kehidupan keluarga, etika, social, politik, hukum, pajak administrasi sipil, organisasi militer, dan sebagainya.

HASIL-HASIL YANG DICAPAI
Apabila sistem islam yang tersusun rapih, rasional dan logis seperti itu dikemukakan, maka tak dapat dibantah lagi bahwa seluruh sendi-sendi masyarakat yang berpikir benar dan bersikap baik dapat menjadikannya sebagai cita-cita mereka. Dan mereka yang memiliki kemampuan praktis cukup besar, berusaha untuk mencapainya. Ia tidak hanya menjelaskan dan menggambarkan karakteristik pemerintahan islam, tetapi telah disinggungnya berulang kali dengan cara yang berbeda bahwa, kaum muslimin yang taat dan benar menjadi gelisah dan tak tahan untuk berjuang mengganti pemerintahan non-islam menjadi pemerintahan islam.

SAYYID AHMAD BRELAVI DAN SYAH ISMAIL SYAHID
Hampir setengah abad setelah wafatnya Syah Waliullah berlalu, lahir sebuah pergerakan di bagian anak-benua India yang bercita-cita dan bertujuan sama dengan yang telah disebutkan sebelumnya. Apabila seseorang meneliti Maktaubat dan Malfuzat dari Sayyid Ahmad ; atau langsung menekuni Mansabi Imamat, abadat Taqwiatul Imam dan tulisan-tulisan Syah Ismail Syahid lainnya, maka akan mendapati kenyataan bahwa pada setiap halaman isi dan gayanya sama dengan karya Syah Waliullah. Dengan kekuatan dirinya yang besar, menghasilkan orang-orang yang berfikir benar dan alim. Lalu keempat orang putranya, terutama Syah Abdul Aziz, tidak terkira jasanya dalam memperluas jangkauan hingga mencapai seluruh daratan India, dalam waktu singkat.
Sayyid Ahmad dan Syah Ismail dapat dikatakan satu dan sama dalam jiwa maupun dalam perbuatan. Namun demikian, saya tidak beranggapan bahwa gabungan tubuh merekalah yang menjadi Mujaddid, saya hanya menyatakan rasa salut saya atas kelengkapan karya syah Waliullah.
v  Prestasi mereka berdua dapat disebutkan sebagai berikut :
1.      Mereka berdua melancarkan suatu gerakan pembaharuan dalam masalah-masalah agama, moral dan kemasyarakatan yang menyentuh rakyat jelata. Dimana pun juga pengaruh mereka menjangkau. Dan hal itu mengingatkan kita pada para Sahabat Nabi.
2.      Merake berdua mempersiapakan suatu rencana besar untuk berjihad pada masa-masa sulit (dimulai pada abad ke-19) dikala India nyaris mendekati jurang kehancuran total. Mereka menunjukkan kebolehannya dalam mengorganisasi karya-karya mereka.
3.      Apabila mereka mempunyai kesempatan untuk menetapkan suatu peraturan dalam suatu kawasan tertentu, mereka menetapkannya berdasarkan kekhalifahan dengan pola-pola Nabi.

PENYEBAB-PENYEBAB KEGAGALAN
1.      Sejak masa Mujaddid Alf-i-Thani sampai Syah Waliullah, adalah kegagalan mereka dalam membentuk pandangan yang benar terhdap orang Muslim yang berkaitan dengan Tasawuf. Inilah mungkin penyakit yang seharusnya dapat disembuhkan dengan mengambil tindakan yang tepat.
Kedua Mujaddid dan Syah Waliullah sadar sepenuhnya akan penyakit ringan tapi kronis orang muslim ini. Mereka telah memperlihatkan kekacauan itu dalam karya mereka. Karenanya jika saat ini seseorang berminat dan merencanakan meneguhkan Islam, ia harus mengelakkan masalah bahasa dan minologi Sufi, masalah-masalah yang berbau mistik, pakaiannya dan atributnya, lembaga murid dan lainnya.
2.      Sayyid Ahmad dan Syah Sahid tidak membuat usaha yang tepat guna menyiapkan medan jihad serta untuk menetapkan hukum revolusi Islam. Inilah satu pelajaran yang harus dicatat dan diingatkan bagi segala usaha di depan. Harus disimpan dalam pikiran bahwa, jika revolusi politik tidak berlangsung dari akarnya, maka kehidupan moral dan budaya suatu masyarakat tak akan pernah berhasil. Atau kalaupun berhasil, tak kan dapat bertahan lama.
3.      Sekarang timbul pertanyaan ; apa sesungguhnya penyebab keunggulan orang-orang Inggris sehingga memungkinkan mereka menciptakan sebuah negara yang tak berTuhan ribuan mil dari negara mereka? Sedang para Mujahidin gagal untuk mendirikan sebuah negara Islam dirumahnya sendiri? Pertanyaan ini tak dapat dijawab dengan tepat kecuali kalau kita meninjau latar belakang abad 18 dan 19 di Eropa.

Revolusi perancis membuka jalan menuju peradaban yang baru. Penemuan mesin dan Revolusi Industri, telah melahirkan kebudayaan yang hebat dengan masalah-masalah kehidupan yang baru. Napoleon melumpuhkan Mesir hanya dengan segelintir tentara, setelah menyerang pusat dunia Islam. Keyataan yang sangat mengejutkan ialah, bahwa inggris sudah dapat memegang Bengali pada masa syah Waliullah. Pengaruhnya telah berhasil menjangkau sejauh Allahabad.
Ketika mujahiddin muncul untuk mengorganisir dan melakukan Jihad, tidak heran lagi bahwa kekuatan nyata yang hebat di India dan betul-betul diperhitungkan oleh mereka adalah Inggris, bukannya Shikhs. Memang membingungkan bagaimana mereka bisa kehilangan jejak dari aspek yang penting dari persoalan ini. Ternyata mereka tidak pernah berusaha membandingkan dan mengukur kekuatan dengan mereka yang dianggap musuh nyata, serta menata kekuatannya.
PENUTUP
Pelajaran pertama yang dapat kita gali dari kegagalan pergerakan Islam dalam konteks pertentangannya dengan kafir Barat ialah sebagai berikut :
Walaupun kebangkitan ilmu pengetahuan agama dan praktek Syari’ah pada hakekatnya sangat penting bagi kebangkitan Islam, tapi hal ini juga banyak menuntut.

Dan hal ini tentu saja membutuhkan dukungan penuh gerakan ideologis yang menyeluruh yang dapat membawa pengaruh kuat dengan liputan pemikiran ilmiah dan keahlian praktis. Ringkasnya, semua pekerjaan dan lingkup kehidupan, menunjuk pada pemusatan semua kekuatan yang memungkinkan dan sarana untuk pengabdian terhadap islam.
Kedua, karya kebangkitan dan rekonstruksi di zaman moderen ini memerlukan kekuatan baru dalam Ijtihad. Wawasan dan kekuatan penafsiran yang ditunjukkan oleh Syah Waliullah, para mujtahid pendahulu dan para mujadid, tidak dapat disamakan dengan situasi sekarang ini.
Zaman sekarang, dengan sarana dan kekuatan baru dengan masalah-masalah hidup baru yang tak terhitung, yang mungkin tak pernah terpikirkan oleh Syah Sahib dan para pemikir dahulu. Keadaan seperti ini hanya diketahui oleh Allah yang disampaikan melalui firmanNya. Oleh karenanya, satu-satunya sumber petunjuk dan inspirasi untuk gerakan ideologis bagi kebangkitan Islam di zaman ini, tak lain ialah Kitab Allah dan Sunah Rasul. Kemudian, dalam cahaya petunjuk ini, kekuatan ijtihad yang bebas sangat diperlukan. Layaknya membuat jalan raya yang disediakan untuk beraksi. Keuntungan yang mungkin dapat ditarik dari pengalaman seseorang dan semua Mujtahid dulu, hanya pada saat yang bersamaan hal ini. Dan mungkin tak mencakup cara pemujaan dan pola pemikirannya.