Friday, May 8, 2015

“MUNCULNYA PEMUKIMAN-PEMUKIMAN MUSLIM DI KOTA PESISIR, SERTA SALURAN DAN CARA-CARA ISLAMISASI DI INDONESIA”




BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Sejak zaman prasejarah, penduduk kepulauan Indonesia dikenal sebagai pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal abad masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan berbagai daerah di daratan Asia Tenggara. Wilayah Barat Nusantara dan sekitar Malaka, sejak masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian, terutama hasil bumi yang dijual disana menarik bagi para pedagang dan menjadi daerah lintasan penting antara Cina dan India. Sementara itu, buah pala dan cengkeh yang berasal dari Maluku, dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual pada pedagang asing.
Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M antara lain juga disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu / Budha di Nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya dan Sunda. Thomas Arnold dalam The Preaching of Islam mengatakan bahwa kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk seperti halnya bangsa Portugis dan Spanyol. Islam datang ke Asia Tenggara dengan jalan damai, tidak dengan pedang, tidak dengan merebut kekuasaan politik. Islam masuk ke Nusantara dengan cara yang benar-benar menunjukkannya sebagai rahmatan lil'alamin.
Sumber-sumber literatur Cina menyebutkan, menjelang seperempat abad ke-7, sudah berdiri perkampungan Arab Muslim di pesisir pantai Sumatera. Di perkampungan-perkampungan ini diberitakan, orang-orang Arab bermukim dan menikah dengan penduduk lokal. Dari uraian inilah kita akan bahas lebid lanjut mengenai munculnya pemukiman-pemukiman serta proses islamisasi di Indonesia.

B.      Rumusan Masalah
1. Bagaimana Munculnya Pemukiman-Pemukiman Muslim di Kota-Kota Pesisir ?
2. Bagaimana Saluran dan Cara-Cara Islamisasi di Indonesia ?







BAB II
PEMBAHASAN
A.       MUNCULNYA PEMUKIMAN-PEMUKIMAN MUSLIM DI KOTA-KOTA PESISIR                 Menjelang abad ke-13 M, di pesisir Aceh sudah ada pemukiman muslim. Persentuhan antara penduduk pribumi dengan pedagang muslim Arab, Persia dan India memang pertama kali terjadi di daerah ini. Karena itu diperkirakan proses islamisasi sudah berlangsung sejak persentuhan itu terjadi
            Setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis(1511 M), mata rantai penting pelayaran beralih ke Aceh, kerajaan Islam yang melanjutkan kejayaan Samudra Pasai. Dari sini proses islamisasi di kepulauan Nusantara berlangsung lebih cepat dari sebelumnya. Untuk menghindari gangguan Portugis yang menguasai selat Malaka, untuk sementara kapal-kapal memilih berlayar menelusuri pantai barat Sumatra. Aceh kemudian berusaha melebarkan kekuasaannya sampai ke Selatan  sampai ke Pariaman dan Tiku. Dari Sumatra kapal-kapal memasuki Selat Sunda menuju ke pelabuhan-pelabuhan di pantai utara Jawa.
            Berdasarkan berita Tomes Pires (1512-1515), dapat diketahui di daerah-daerah pesisir Sumatra Utara dan timur Selat Malaka, yaitu daerah Aceh sampai Palembang sudah banyak terdapat masyarakat dan kerajaan-kerajaan Islam. Akan tetapi daerah-daerah di pedalaman yaitu Palembang masyarakatnya yang belum islam juga masih banyak. Proses Islamisasi di pedalaman Aceh, Sumatera Barat  terutama terjadi sejak Aceh melakukan ekspansi politiknya pada abad ke-16 dan 17 M.
            Sementara itu di Jawa, proses Islamisasi sudah berlangsung sejak abad ke-11 M meskipun belum meluas terbukti dengan diketemukannya makam Fatimah binti Maimun di Leran Gresik yang brangka tahun 475 H (1082 M ). Berita tentang Islam di Jawa memang masih langka pada abad ke-11 dan 12 M akan tetapi sejak akhir abad 13 M dan abad-abad berikutnya terutama ketika Majapahit mencapai puncak kebesarannya. Bukti-bukti adanya proses Islamisasi sudah banyak dengan diketemukannya beberapa puluh nisan kubur di Troloyo,Trowulan dan Gresik.Bahkan menurut berita Ma-huan(1416 M)di pusat Majapahit maupun pesisir terutama dikota-kota pelabuhan telah terjadi proses Islamisasi dan sudah pula terbentuk masyarakat muslim.Pertumbuhan masyarakat Islam disekitar Majapahit erat hubungannya dengan perkembangan pelayaran dan perdagangan yang dilakukan orang-orang Islam yang memiliki kekuasaan ekonomi dan politik di Samudera Pasai,Malaka,dan Aceh.
            Tome Pires juga menyebutkan bahwa di Jawa sudah ada kerajaan yang bercorak Islam yatu Demak, kerajaan-kerajaan yang berada di utara Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah disamping ada kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu. Melihat makam-makam muslim yang terdapat di situs-situs Majapahit,diketahui bahwa Islam sudah hadir di ibu kota Majapahit sejak kerajaan itu mencapai puncaknya. Meskipun demikian lazim dianggap bahwa Islam di Jawa pada mulanya menyebar selama periode  merosotnya kerajaan Hindu-Budha. Islam menyebar ke pesisir pulau Jawa melalui hubungan perdagangan,kemudian dari pesisir ini agak belakangan menyebar ke pedalaman pulau itu.
            Perkembangan Islam di pulau Jawa bersamaan waktunya dengan melemahnya posisi Majapahit. Hal itu memberi peluang kepada raja-raja Islam di pesisir untuk membangun pusat-pusat kekuasaan yang independen. Dibawah bimbingan sepiritual Sunan Kudus akhirnya mampu menggantikan Majapahit seebagai keraton pusat.
            Pengaruh Islam masuk ke Indonesia bagian timur khususnya daerah Maluku tidak dapat dipisahkan dari jalur perdagangan yang terbentang pada pusat lalu lintas pelayaran Internasional di Malaka,Jawa dan Maluku. Raja Ternate yang ke 12(Molomatea)bersahabat dengan orang Arab yang memberinya petunjuk dalam pembuatan kapal-kapal tapi agaknya bukan dalam hal kepercayaan. Hal ini menunjukan bahwa di Ternatesudah ada masyarakat Islam sebelum rajanyamasuk Islam.Demikian juga di Banda,Hitu,Makyan dan Bacan.
            Menurut Tomes Pires  orang masuk Islam di Maluku kira-kira tahun 1460-1465 M.Hal itu sejalan dengan berita Antonio Galvao.Orang-orang Islam masuk Maluku tidak menghadapi kerajaan-kerajaan yang sedang mengalami perpecahan sebagaimana halnya di Jawa.Mereka datang dan menyebarkan agama Islam melalui perdagangan,dakwah dan perkawinan.
            Kalimantan Timur pertama kali di Islamkan oleh Datuk Ri Bandang dan Tunggang Parangan.Kedua mubalihg itu datang setelah orang-orang Makasar masuk Islam.Proses Islamisasi di Kutai dan sekitarnya ini diperkirakan terjadi sekitar tahun 1575.Sulawesi terutama bagian Selatan sejak abad 15 M sudah didatangi oleh pedagang-pedagang muslim dari Malaka,Jawa dan Sumatera.
            Pada abad ke 16 M di Sulawesi banyak sekali kerajaan yang masih menyembah berhala akan tetapi pada abad itu juga di Gowa sudahg terkenal masyarakat muslim.Di Gowa dan Tallo raja-rajanya masuk islam secara resmi pada tanggal 22 September 1605 M. Proses Islamisasi di Gowa dilakukan dengan cara damai oleh Dato Ri Bandang dan Dato Sulaeman keduanya memberikan ajaran-ajaran Islam kepada masyarakat dan raja. Setelah resmi memeluk agama Islam Gowa melancarkan perang terhadap Soppeng,Wajo dan terakhir Bone.Kerajaan-kerajaan pun masuk Islam ,Wajo 10 Mei 1610 M,dan Bone 23 November 1611 M. Proses Islamisasi tidak berhenti sampai berdirinya kerajaan-kerajaan Islam tetapi terus berlangsung intensifdengan berbagai cara dan saluran.

B.   SALURAN DAN CARA-CARA ISLAMISASI DI INDONESIA
Kedatangan islam dan penyebarannya kepada golongan bangsawan dan rakyat umumnya, dilakukan secara damai. Apabila situasi politik suatu kerajaan mengalami kekacauan dan kelemahan disebabkan perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana, maka islaam dijadikan alat politik bagi golongan bangsawan atau pihak-pihak yang menghendaki kekuasaan itu. Mereka berhubungan dengan pedagang-pedagang muslim yang posisi ekonominya kuat karena menguasai pelayaran dan perdagangan. Apabila kerajaan islam sudah berdiri, penguasanya melancarkan perang terhadap kerajaan non islam. Hal itu bukanlah karena persoalan agama tetapi karena dorongan politis untuk menguasai kerajaan-kerajaan di sekitarnya. Menurut Uka Tjandrasasmita, saluran-saluran Islamisasi yang berkembang ada 6, yaitu:
1.    Saluran Perdagangan
Pada taraf permulaan, saluran islamisasi adalah perdagangan. Kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke 16 M. Membuat pedagang-pedagang muslim turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian barat, tenggara dan timur benua asia. Saluran islamisasi melalui perdagangan ini sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan, bahkan mereka menjadi pemilik kapal dan saham. Mengutip pendapat Tome Pires berkenaan dengan saluran islamisasi melalui perdagangan ini di pesisir pulau Jawa, Uka Tjandrasasmita menyebutkan bahwa para pedagang muslim banyak yang bermukim di Pesisir Pulau Jawa yang penduduknya ketika itu masih kafir. Mereka berhasil mendirikan masjid-masjid dan mendirikan mullah-mullah dari luar sehingga jumlah mereka menjadi banyak, dan karenanya anak-anak muslim itu menjadi oraang Jawa dan kaya-kaya. Di beberapa tempat, penguasa-penguasa Jawa, yang menjabat sebagai Bupati-bupati Majapahit yang ditempatkan di pesisir utara jawa banyak yang masuk islam, bukan hanya karena faktor politik dalam negeri yang sedang goyah, tetapi terutama karena faktor hubungan ekonomi dengan pedagang-pedagang muslim. Dalam perkembangan selanjutnya, mereka kemudian mengambil alih perdagangan dan kekuasaan di tempat-tempat tinggalnya.
2.    Saluran Perkawinan
Dari sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi, terutama putri-putri bangsawan, tertarik untuk menjadi istri saudagar-saudagar itu. Sebelum kawin, mereka diislamkan lebih dahulu. Setelah mereka mempunyai keturunan, lingkungan mereka makin luas. Akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah dan kerajaan-kerajaan muslim. Dalam perkembangan berikutnya, ada pula wanita muslim yang dikawini oleh keturunan bangsawan; tentu saja setelah yang terakhir ini masuk islam terlebih dahulu. Jalur perkawinan ini lebih menguntungkan apabila terjadi antara saudagar muslim dengan anak bangsawan atau anak raja dan anak adipati, karena raja, adipati atau bangsawan itu kemudian turut mempercepat proses islamisasi. Demikianlah yang terjadi antara Raden Rahmat atau Sunan Ngampel dengan Nyai Manila, Sunan Gunung Jati dengan puteri Kawunganten, Brawijaya dengan puteri Campa yang menurunkan Raden Patah (raja pertama Demak) dan lain-lain.


3.      Saluran Tasawuf
Pengajar-pengajar tasawuf, atau para sufi, mengajarkan teosofi yang bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam soal-soal magis dan mempunyai kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Diantara mereka ada juga yang mengawini putri-putri bangsawan setempat. Dengan tasawuf “bentuk” Islam yang diajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnya menganut agama Hindu, sehingga agama baru itu mudah dimengerti dan diterima. Di antara ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan alam pikiran Indonesia pra-islam itu adalah Hamzah Fansuri di Aceh, Syekh Lemah Abang dan sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini masih berkembang di abad ke-19 M bahkan di abad ke 20 M ini.
4.      Saluran Pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kyai-kyai dan ulama-ulama. Di pesantren atau pondok itu calon ulama, guru agama dan kyai mendapat pendidikan agama. Setelah keluar dari pesantren, maka pulang ke kampung masing-masing atau berdakwah ketempat tertentu mengajarkan islam. Misalnya, pesantren yang didirikan oleh Raden Rahmat di Ampel denta Surabaya, dan sunan Giri di Giri. Keluaran pesantren Giri ini banyak yang diundang ke Maluku untuk mengajarkan agama Islam.
5.      Saluran Kesenian
Saluran islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang. Dikatakan, Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih dipetik dari cerita Mahabarata dan Ramayana, tetapi di dalam cerita itu disisipkan ajaran dan nama-nama pahlawan islam. Kesenian lain juga dijadikan alat islamisasi, seperti sastra, seni bangunan, dan seni ukir.
6.      Saluran Politik
Di Maluku dan Sulawesi selatan, kebanyakan rakyat masuk islam setelah rajanya memeluk islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnyaislam di daerah ini. Di samping itu, baik di Sumatra dan Jawa maupun di Indonesia bagian timur, demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan non islam. Kemenangan kerajaan islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan islam itu masuk islam.



BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A.     Kesimpulan
                 Berdasarkan pada pembahasan sebelumnya, maka dapatlah ditarik kesimpulan- kesimpulan sebagai berikut :
1.      Munculnya pemukiman-pemukiman di kota pesisir di Indonesia karena banyak faktor diantaranya :
-          Pelayaran dan perdagangan yang mengarungi lautan lepas
-          Adanya komunitas-komunitas islam
-          Berdirinya kerajaan-kerajaan islam.
2.      Saluran dan cara islamisasi di Indonesia melalui beberapa cara:
- Saluran perdagangan
- Saluran perkawinan
- Saluran tasawuf
- Saluran pendidikan
- Saluran Kesenian
- Saluran Politik
B.      Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Karenanya, saran dan kritikan yang sifatnya membangun, sangat penulis harapkan dari semua pihak.




DAFTAR PUSTAKA

Drs. Badri Yatim, M.A_Sejarah Peradaban Islam.

1 comment:

  1. sekarang perlunya punya khusus daerah pemukiman muslim

    ReplyDelete